JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Dukungan untuk pemenangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Semarang H Ngesti Nugraha dan Hj Nur Arifah di Pilkada 2024 terus bertambah. Kali ini, dukungan datang dari para petani yang tergabung dalam Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) menyatakan siap bergerak memenangkan pasangan calon yang diusung 17 partai politik tersebut.
Wakil Ketua FPRPB Ismail Saleh menyatakan, dukungan diberikan karena merasakan langsung keberpihakan dari Ngesti Nugraha terhadap petani.
“Saat petani resah karena ada program revitalisasi, Bupati Ngesti hadir dan peduli untuk memberikan pendampingan sehingga kami merasa nyaman dan aman,” ujarnya di Posko Pemenangan MUTIARA (Menang Untuk Ngesti-Arifah), Selasa (8/10/2024).
“Jadi pendampingan yang diberikan tidak hanya soal kebijakan, tapi juga gerakan petani yang menggarap lahan di pinggiran Rawa Pening. Termasuk pengurusan PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap) sehingga lahan petani sudah bersertifikat,” kata Ismail.
Ketua FPRPB Suwestiyono menyatakan para petani terkenang atas komitmen Ngesti Nugraha saat membantu petani. Ia terharu atas kegigihan Ngesti Nugraha saat memperjuangkan lahan petani yang terendam akibat terdampak penutupan DAM Tuntang.
“Antara 2020 sampai 2022 itu petani tidak bisa tanam, hingga kemudian kami dibantu sembako. Setelah itu, petani setiap tahun bisa tanam hingga dua kali setiap tahun,” ujarnya.
Menanggapi dukungan dari FPRPB, Ngesti Nugraha memberikan apresiasi. Calon Bupati Petahana Semarang ini menyampaikan terima kasih dan rasa hormat atas dukungan diberikan para petani.
“Kita sudah lama komunikasi dan kerjasama dengan petani di Rawa Pening, setelah pernyataan dukungan ini akan dilakukan deklarasi,” kata Ngesti Nugraha.
Ngesti Nugraha menyatakan terus berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Semarang.
“Ini ada keluhan terkait susahnya mencari tenaga untuk menanam padi, solusinya nanti kita bantu dengan alat mesin pertanian (Alsintan) agar kerjanya menjadi efektif. Termasuk juga nanti untuk penyemprotan tidak lagi menggunakan tangki, tapi memakai drone,” paparnya.
“Kita berharap juga petani semakin produktif. Salah satu caranya dengan meninggalkan pupuk kimia, saat ini ada 10 hektare lahan yang tidak memakai pupuk kimia (organik) dan 30 hektare yang masih semi,” jelasnya.
Dengan meninggalkan pupuk kimia, produktifitas padi meningkat. Jika biasanya satu hektare menghasilkan 7 ton, saat ini mencapai 9,6 ton.
“Ini juga termasuk padi sehat, sehingga mendukung ketahanan pangan,” ungkapnya.
Secara khusus Ngesti Nugraha berharap agar petani memanfaatkan program PTSL karena biayanya murah.
“Kemarin memang ada kendala karena saat akan diukur, lahannya tergenang air Rawa Pening, sehingga harus diukur pada saat kemarau dan elevasinya turun,” jelasnya. (muz)