JATENGPOS.CO.ID-SD Negeri Lamper Kidul 02 Semarang terus menunjukkan komitmennya dalam membentuk karakter siswa, khususnya dalam hal kemandirian dan rasa tanggung jawab. Upaya ini terlihat dari keterlibatan aktif siswa dalam berbagai kegiatan sekolah yang menumbuhkan kesadaran untuk menjalankan peran mereka sebagai pelajar secara mandiri. Kegiatan seperti piket kelas, kerja kelompok, hingga pelibatan dalam proses belajar mengajar menjadi bagian dari rutinitas yang sekaligus melatih kedisiplinan dan tanggung jawab.
Guru kelas 6 SD Negeri Lamper Kidul 02, Arzimia Azizul Lufky, S.Pd., menjelaskan bahwa pembiasaan nilai ikhlas dan kesadaran diri menjadi landasan penting dalam membangun sikap siswa. Menurutnya, tanggung jawab bukan sekadar menjalankan tugas karena disuruh, tetapi tumbuh dari dalam diri siswa yang menyadari bahwa tugas tersebut adalah bagian dari kewajiban sebagai pelajar. Hal ini menjadi proses yang ditanamkan secara berkelanjutan di dalam kelas.
Dalam mendukung hal tersebut, sekolah secara aktif merancang kegiatan yang tidak hanya relevan dengan kebutuhan akademik, tetapi juga selaras dengan minat dan bakat siswa. Tugas-tugas yang diberikan pun tidak melulu bersifat instruksional. Guru mendorong siswa untuk berpikir mandiri, menggali solusi, dan belajar dari pengalaman secara aktif. Pembelajaran diarahkan agar siswa terbiasa mengambil inisiatif dalam menyelesaikan tugas-tugas harian.
Pelaksanaan kegiatan ini juga didukung oleh koordinasi internal antara kepala sekolah dan para guru. Komunikasi dilakukan secara rutin melalui pertemuan mingguan maupun diskusi informal. Setiap pekan, guru menyusun lesson plan berisi rencana kegiatan dari hari Senin hingga Jumat. Dokumen tersebut kemudian dibagikan melalui grup WhatsApp, biasanya pada akhir pekan, agar semua pihak, termasuk orang tua, dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan aktivitas siswa di sekolah.
Tak hanya itu, motivasi dari dalam diri siswa juga terus dibangun. Guru berperan besar dalam menciptakan suasana kompetitif yang sehat di kelas. Siswa diberikan semangat untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dukungan dari orang tua juga sangat penting. Keterlibatan mereka dalam kegiatan seperti latihan atau pentas sekolah menjadi wujud nyata dari sinergi antara rumah dan sekolah dalam membina tumbuh kembang siswa.
Proses pengenalan potensi siswa tidak dilakukan secara instan. Guru melakukan langkah-langkah strategis, mulai dari konfirmasi kepada wali kelas sebelumnya hingga diskusi dengan orang tua. Selain itu, guru juga melakukan pengamatan langsung terhadap interaksi siswa di kelas, baik secara individu maupun kelompok. Cara ini dinilai efektif untuk memahami karakter dan potensi masing-masing siswa secara menyeluruh.
Fasilitas yang dimiliki sekolah juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang. Tersedia ruang rebana yang dimanfaatkan oleh siswa kelas rendah yang memiliki minat di bidang musik. Sementara itu, laboratorium IPA dan komputer digunakan oleh siswa kelas atas sebagai sarana eksplorasi dalam pelajaran sains dan teknologi. Sekolah juga rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka tingkat siaga dan penggalang, sepak bola wanita yang bekerja sama dengan Djarum Foundation, pencak silat, serta tari tradisional yang mendapatkan sambutan antusias dari para siswa.
Meskipun beberapa kegiatan belum memiliki ruang khusus, antusiasme siswa tetap tinggi. Program seperti pencak silat tetap dilaksanakan karena minat siswa yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas tidak menjadi hambatan selama ada kemauan dari siswa dan dukungan dari sekolah.
Selain kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan positif juga menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter. Setiap Rabu, dua minggu sekali, sekolah memberi kesempatan bagi siswa untuk tampil di depan kelas lain. Pertunjukan ini menjadi ajang ekspresi diri yang sederhana namun bermakna dalam membangun kepercayaan diri siswa. Di luar itu, kegiatan seperti upacara bendera setiap Senin, senam sehat bertajuk “Anak Indonesia Hebat” setiap Selasa dan Jumat, serta Kamis Religi, menjadi rutinitas yang terstruktur dan mendukung pembinaan nilai-nilai kedisiplinan, kebugaran, dan spiritualitas.
Arzimia menambahkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan yang dijalankan sekolah telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan karakter siswa. Ia menegaskan bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk berkembang, asalkan diberikan ruang, dorongan, dan kepercayaan diri. “Tidak ada siswa yang bodoh. Semua siswa itu sama. Yang membedakan hanya kemauan dan semangatnya,” tuturnya.
Ia juga mencermati adanya perubahan tren dalam cita-cita siswa. Jika pada masa lalu banyak yang bercita-cita menjadi dokter atau polisi, kini semakin banyak siswa yang memiliki minat menjadi YouTuber, gamer, atau pengusaha. Sekolah menyambut perubahan ini secara terbuka, namun tetap menekankan pentingnya keseimbangan antara pengembangan minat dengan kewajiban utama sebagai pelajar. “Belajar tetap jadi prioritas. Bakat dan minat boleh diasah, tapi tetap harus ada batas supaya tidak mengganggu kewajiban belajar,” tutup Arzimia. (Rizka Aulia Sari/Clariza Dina Ariani)