JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para penyintas ikut menyosialisasikan melalui berbagai media sosial mengenai bahaya varian baru COVID-19 yakni varian Delta yang sudah terdeteksi di beberapa daerah.
“Saya minta mereka (penyintas COVID-19, red.) untuk ikut menyosialisasikan kepada masyarakat karena di antara mereka ada yang dari klaster kerja, ibadah, dan ada dari keluarga. Saya berharap mereka bisa bercerita, saya minta ‘ngevlog’ agar bisa mengedukasi masyarakat,” katanya usai mengunjungi tempat isolasi terpusat di Wisma Widya Graha LP3S Sinode, Kota Salatiga, Minggu.
Video yang dibuat oleh para penyintas COVID-19 atau pasien yang sedang menjalani isolasi tersebut diminta untuk diunggah ke media sosial.
Ganjar juga secara langsung meminta kepada para penyintas agar menjadi agen sosialisasi protokol kesehatan di lingkungan masing-masing.
“Saya minta, teman-teman ini kalau sudah sehat agar menjadi petugas (agen, red.) untuk mengingatkan mereka yang tidak taat protokol kesehatan,” ujarnya.
Sebelum mengunjungi tempat isolasi terpusat, Ganjar didampingi Wakil Wali Kota Salatiga Muh Haris menyempatkan mampir di RSUD Salatiga.
Di rumah sakit milik pemerintah daerah setempat itu tingkat keterisian ruang isolasi sudah mencapai 91 persen dan ruang ICU penuh.
Dinas Kesehatan Kota Semarang dan pihak RSUD Salatiga sudah siap mengonversi gedung rawat inap VIP yang terdiri atas tiga lantai untuk dijadikan ruang isolasi pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan intensif, sedangkan ruang ICU rencananya ditambah enam kamar.
Untuk tempat isolasi terpusat, selain Wisma Widya Graha LP3S Sinode juga disiapkan tempat di kompleks Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah di Jalan Hasanudin Salatiga.
“Salatiga sampai saat ini masih bisa terkendali, tapi tetap saya minta untuk menghitung sehingga kalau kasus naik bisa siap-siap untuk antisipasi,” katanya.
Hal demikian termasuk sudah diterjunkan sukarelawan-sukarelawan dari para perawat yang disiapkan oleh Pemkot Salatiga.
“Mereka melayani dan cara ini bisa dipakai untuk dukungan SDM yang sifatnya tidak tetap. Perawat ini bisa membantu untuk menyelesaikan persoalan yang ada di sini,” ujarnya. (fid/ant)