Ganjar Minta Ruang Berdialog Anak Lintas Sekolah dan Agama Diperbanyak

DIALOG: Ganjar berdialog dengan anak-anak saat acara Pancasila: Voice of Humanity di Holy Stadium, Kota Semarang, Jumat (28/10/2022). FOTO: DOK. PEMPROV/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan ruang-ruang bertemu dan berdialog untuk anak-anak yang berbeda sekolah, agama, dan kelompok harus diperbanyak. Ia mengusulkan agar kegiatan bertandang antarsekolah dan antarwarga dari rumah-rumah ibadah yang berbeda terus dilakukan untuk memberikan ruang dialog sehingga anak-anak saling memahami perbedaan yang ada.

“Model kita mengedukasi anak-anak dengan praktik-praktik, mereka bisa berkumpul, mereka bisa bertemu, bisa berdialog menurut saya itu akan lebih baik. Maka anak-anak bisa merasakan. Maka saya usulkan mungkin perlu kok bertandang antarsekolah, antarwarga dari rumah-rumah ibadah yang berbeda. Ini akan sangat bagus sekali,” kata Ganjar usai memberikan keynote speech dalam acara Pancasila: Voice of Humanity di Holy Stadium, Kota Semarang, Jumat (28/10/2022).

Intensitas pertemuan dan seringnya berdialog akan mengasah kesadaran anak-anak dan bagaimana cara bersikap dengan orang yang berbeda dengannya. Mereka juga akan merasa saling memiliki sehingga anak-anak tidak akan saling menyakiti dalam hal apapun.

“Anak akan merasakan begini lho Pancasila dilaksanakan, tidak ada bully, mereka saling menyayangi, mereka saling membantu, dan spirit gotong royongnya muncul. Kalau mereka sering bertemu, mereka berkumpul, mereka mengerti bahwa di antara mereka berbeda, sebenarnya rasa itu ada dan kemudian mereka terapkan untuk tidak saling menyakiti dalam praktik. Itu bagus banget dan itu adalah toleransi,” ungkap Ganjar.


Baca juga:  Masjid Sheikh Zayed Solo Potensial Jadi Center of Excellent

Adapun acara Pancasila: Voice of Humanity merupakan serangkaian acara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94. Di antara ada seminar wawasan kebangsaan dan orasi kebangsaan, drama musikal, pertunjukan tari dan musik, serta donor darah. Peserta berjumlah sekitar 7.000 orang yang terdiri atas pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA serta mahasiswa.

“Menurut saya menarik ya. Jadi ini mengedukasi nilai-nilai Pancasila, suasananya lebih nyaman. Hari ini bertemu para pelajar dari beberapa sekolah yang ada di Semarang, lalu mereka bisa berkolaborasi. Ada yang menampilkan seni, terus mereka berdialog, dan akhirnya mereka tahu, ya mereka berbeda, tidak ada yang sama dan mereka harus bersatu,” kata Ganjar.

Baca juga:  Walikota Semarang Sidak Pabrik Pakan Ternak

Dalam acara itu, Ganjar sempat berdialog dengan empat orang anak. Mereka adalah Oni dan Rosyid, dua anak yang terlibat dal pertunjukan drama musikal yang bercerita tentang toleransi, khususnya pengamalan dari nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

“Pertunjukan tadi hasil latihan selama enam bulan. Bercerita tentang mengamalkan nilai-nilai Pancasila, kita harus toleransi kepada teman dan orang lain. Saling menghargai dan menyayangi teman meskipun beda agama harus tetap toleransi,” ujar Oni dan Rosyid kepada Ganjar.

Dua anak lainnya yang berdialog dengan Ganjar adalah Mikhayla, siswi kelas 4 SD Terang Bangsa dan Miftahul Falah, siswa SMPN 19 Semarang. Keduanya diminta Ganjar untuk menjelaskan apa itu toleransi. Menurut mereka, toleransi adalah tidak saling menyakiti tetapi saling menghormati serta saling menolong kepada siapa pun. Tidak peduli apa suku dan agamanya.

“Toleransi itu harus tidak boleh menghina agama orang. Teman sekolah ada yang pernah menghina teman yang lain. Saya bilangin, kamu kalau hina agama orang berdosa,” ujar Mikhayla yang bercita-cita menjadi dokter dan pelukis itu kepada Ganjar.

Baca juga:  Yasip Ajak Kawal Pilkada, Ada ASN Tidak Netral Laporkan

“Toleransi itu tidak menghina agama lain. Seperti kita sedang ibadah tidak boleh mengganggu yang lain dan tidak boleh mengejek yang lain. Walaupun kulit hitam, kulit putih harus tetap bersatu,” giliran Falah menjelaskan tentang toleransi kepada Ganjar dan semua pelajar mahasiswa yang hadir di Holy Stadium.

Melihat empat anak yang diajak berdialog itu sudah mengerti tentang apa itu toleransi, Ganjar terlihat senang. Menurutnya, itu adalah contoh dari bagaimana model bertemu, berkumpul, dan berdialog dapat membuka wawasan anak tentang perbedaan dan toleransi. Ia pun mengingatkan kepada orang tua dan guru agar memberikan contoh baik tentang toleransi kepada anak-anak.

“Dari beberapa anak yang saya ajak ngobrol tadi mengerti kok apa itu toleransi. Maka kalau anak sudah mengerti, orangtuanya harus kasih contoh. Kalau orangtuanya bisa memberikan contoh yang baik maka insyaallah anak-anak akan jauh lebih baik,” pungkas Ganjar. (ul/muz)