JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini terasa sangat berbeda, bukannya tanpa sebab, karena nyaris selama dua tahun terakhir hardiknas tidak pernah lagi diperingati secara meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Pandemi covid-19 adalah penyebab peringatan Hardiknas ditiadakan. Kini setelah dua tahun berlalu, peringatan Hardiknas kembali diperingati secara terbuka.
Salah satu peringatan Hardiknas yang meriah kemarin diadakan di SLB Negeri 1 Demak yang sebelumnya bernama SLB Yayasan Pendidikan Luar Biasa (Yaspenlub) Demak. Yang menarik, dalam peringatan Hardiknas di SLBN 1 Demak tersebut adalah kehadiran orang nomer satu di Jawa Tengah yang tidak lain adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Gubernur tidak sendirian, dirinya didampingi Bupati Demak dr Hj Eisti’anah serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Dr Uswatun Hasanah.
Dalam kesempatan itu Gubernur Jawa Tengah tidak hanya memberi kesempatan para tokoh perintis SLB Yaspenlub Demak dan orang tua murid untuk mencurahkan isi hati mereka, namun juga membagikan sejumlah hadiah pada siswa-siswi berkebutuhan khusus yang berani dan percaya diri menampilkan keistimewaan mereka. Mereka berterima kasih dan merasa bahagia atas perhatian yang diberikan oleh orang nomer satu di Jawa Tengah tersebut.
Mayla, siswi kelas 3 SMA SLBB mengaku senang. Karena tak hanya bisa tampil menari di depan Gubernur, Bupati, dan tamu-tamu lainnya, dirinya juga mendapatkan hadiah sebuah HP dari Gubernur Ganjar Pranowo.
Sementara itu sebagaimana disampaikan Ruslan dan Ridwan, keduanya guru SLB Yaspenlub Demak yang telah purna tugas, pertama kali didirikan pada 1976 SLB yang beralamat di Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak itu hanya memiliki enam murid. “Berawal dari keprihatinan kami melihat anak-anak berkebutuhan khusus ini tanpa ada penanganan khusus,” ujarnya, Jumat (12/5).
Maka supaya nantinya tidak dianggap sebagai orang tak berguna, didirikanlah SLBB (khusus tuna rungu) dengan fasilitas seadanya. Tentunya sebuah awal perjuangan yang tak mudah, terlebih karena saat itu muncul stigma dari masyarakat berupa sebutan sebagai ‘guru bisu’ dan ‘guru edan’ bagi para pendidik anak-anak tuna rungu dan tuna grahita.
Namun semangat menjadikan anak-anak difabel ini sebagai insan yang mandiri tak menyurutkan Ridwan, Ruslan dan Jonocitro pendiri Yayasan Pendidikan Luar Biasa (Yaspenlub) Demak membangun sekolah khusus bernama SLB Yaspenlub Demak pada 1978. Bahkan dengan dana operasional sangat minim sumbangan beberapa donatur, SLB Yaspenlub Demak berupaya menjaga amanah yang dititipkan itu agar terawat dengan baik. Hingga kini berkembang dan mampu mengasuh 250an siswa-siswi penyandang disabelitas.
Meski setiap tahun mendapatkan bantuan dari Pemprov Jateng, di samping dana partisipasi masyarakat, namun karena masih berstatus sekolah swasta tentunya menjadikan pengelolaan SLB Yaspenlub Demak kurang optimal. Sehingga kemudian H Kurnen sebagai Ketua Yaspenlub Demak, Wati selaku kepala SLB B dan Muchson sebagai Kepala SLBC bersama mengajukan peningkatan status menjadi SLB Negeri 1 Demak.
Sepakat dengan para pendiri dan pengelola SLB Yaspenlub Demak, Ganjar Pranowo berpendapat, anak istimewa harus diberi ruang yang istimewa juga. Maka saat telah ada akses dan berkembang bagus, harus dikelola dengan baik.
“Ditambah pula adanya dukungan dan semangat orang tua murid yang ingin anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus menjadi insan mandiri, optimis bakal mengikis stigma masyarakat yang memandang sebelah mata para penyandang difabel,” kata Gubernur Ganjar Pranowo.
Sehubungan itu, berkoordinasi dengan pemda terkait penyediaan lahan, gubernur menjanjikan pembangunan infrastruktur sekolah. Sehingga anak-anak berkebutuhan khusus itu semakin nyaman belajar. Lengkap dengan sarana prasarana pelatihan life skill sebagai bekal mereka semakin mandiri selulusnya dari SLB Negeri 1 Demak nantinya. (*)