JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni rakyat Indonesia dibawa kembali pada perjuangan para pahlawan bangsa ketika mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerderkaan Indonesia. Begitu juga ketika meletakkan dasar negara Indonesia tak lepas dari cita-cita para pahlawan bangsa.
“Negara kita berdasarkan Pancasila kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada para pendahulu bangsa yang telah meletakkan dasar negara dengan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama sebagai dasar negara,” ujar Ustad Guntur Bumi (UGB) atau HM DR Susilo Wibowo, M.Pd ketika dihubungi Jateng Pos dari Semarang, Jumat (1/6).
Menurutnya, sila pertama sudah jelas mengatur dasar negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yakni meski berbeda-beda agama yang dianut masyarakat namun tetap dalam satu bangsa dan negara. Tidak boleh ada perpecahan hanya karena agama, apalagi sampai terjadi tindak kekerasan seperti kejadian sejumlah peledakkan bom di gereja, belum lama ini.
Menurutnya, ia mendukung kebijakan pemerintah bersama aparat Polri dan TNI dalam memberantas tindak terorisme dan radikalisme. UGB pun mensuport penuh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta bersama BIN DKI Jakarta dalam menangkal terorisme.
Seperti dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan mengangkat tema “Antisipasi Aksi Teror di Ibukota di Bulan Puasa dan Idul Fitri” di Kantor PWNU DKI Jakarta, Utan Kayu, Jakarta, Kamis (24/5) lalu.
“Itu salah satu bentuk dukungan saya terhadap langkah-langkah yang sudah dilakukan baik pemerintah maupun organisasi Islam dalam menangkal bahaya radikalisme. Kami siap bekerja sama dalam kegiatan sosialisasi dakwah menangkal terorisme. Bahwasanya teroris itu bukan islam. Islam tidak membenarkan membunuh dalam keadaan damai,” ujar Pimpinan Majelis Dzikir Asmaul Husna dan Sholawat Nabi Al Qurthubi ini.
Disebutkan bahwa Rosulullah SAW melarang membunuh kaum Yahudi ketika sudah ada perjanjian damai. Karena itu dengan alasan apapun tidak dibenarkan memusuhi apalagi sampai melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap penganut agama lain.
“Dalam Alquran sudah jelas digariskan. Agamaku agamaku, agamamu agamamu, soal agama urusan masing-masing penganutnya. Mereka diimbau saling menghormati dan hidup rukun penuh kedamaian,” jelasnya.
Upaya menangkal pengaruh radikal yang berkembang, UGB mengimbau jika masyarakat menemukan ada perkumpulan pengajian yang pulangnya hingga larut malam dan digelar secara tertutup, maka harus peka dengan segera melaporkan ke Ketua RT/RW setempat.
“Saya bersama istri (Bunda Puput Melati, red) akan terus berdakwah dengan menyuarakan damai, dengan mahabah dan karomah. Semoga masyarakat kita semakin cerdas, tidak mudah terhasut oleh ajakan yang salah. Semoga negara kita semakin aman jaya dan sentosa,” tandas pendakwah asal Kota Semarang ini. (muz/biz/drh)