
JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Gentan Geopark Village yang berada di Desa Gentan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo bakal menjadi destinasi wisata yang memanjakan pecinta pemandangan alam berpadu dengan bebatuan bertekstur larva di deretan gunung seribu. Pasalnya, gagasan ini sedang dalam proses penelitian Tim Dosen UNS yang didanai Dikti dalam Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah.
Ketua Pengabdian Dana Dikti Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah, Umi Yuliati menjelaskan, penelitian ini bermula dari obrolanya dengan perangkat setempat. Kemudian proposal yang diajukan lolos kemudian didanai Dikti selama tiga tahun. Pada tahun pertama, pihaknya sudah melakukan sejumlah kegiatan, mulai dari merancang geotrack, sampai penyiapan kelompok sadar wisata dan guide untuk Tourism Information Center (TIC)
“Kegiatan ini lebih ditekankan pengembangan Geowisata, karena potensi alamnya, selain itu juga kita fokuskan pada penggalian potensi edukasi dan kearifan lokal,” ujar dosen Ilmu Sejarah dan Pariwisata UNS itu pada wartawan di kantornya, kemarin (13/8).
Menurut dia, alam yang berwujud bebatuan berbentuk larva itu terbentang di bukit dan pegunungan di sana merupakan situs gunung purba. Sudah diakui UNESCO sebagai heritage menjadi bagian deretan gunung seribu, yang terbentang dari Gunung Kidul, Yogyakarta Wonogiri Jawa Tengah, dan Pacitan Jawa Timur.
“Masyarakat selama ini tidak merasakan keberadaan potensi wisata Batu Seribu.
Ada Gunung Sepikul, Gunung Segendong. Potensi luar biasa ini kita libatkan masyarakat langsung dan sambutanya antusias sekali. Kita sudah lakukan pembinaan masyarakat, Bentuk Pokdarwis, dan guide, pembuatan jalur geotrack, susuri bersama pokdarwis bersepeda, itu jalan setapak mobil bisa tapi sejalur. Untuk trabas trail juga bagus sekali,” bebernya.
Potensi lainya ada sendang lele, dengan mitos adanya lele sebesar ikan hiu, tiap tahun ada bersih desa. Di atas Bukit juga ada sumber air yang jernih dan melimpah, masyarakat di sana biasa ambil air dan siap minum, juga ada embung. Posisi bukit itu semakin mempesona karena dikepung gunung dengan view luar biasa.
Masyarakat sekitar terampil menari dan piawai membuat wayang, bahkan ada anak kecil difabel terampil ukir wayang. Ke depan pengunjung bisa ikut membuat wayang karakter seperti ipin dan upin itu yang bakal dikembangkan. Di sana juga terdapat makam petilasan leluhur menjadi lokasi ziarah sebagai aktifitas tahunan. Dan yang unik saat Idul Adha warga perantau mudik sambil nanggap tayup. Kuliner khasnya ada gendar pecel.
“Pengunjung di sana bisa menikmati sunrise dan sunset sekalian. Ada penginapan yang menyatu dengan pemukiman warga yang ramah,” tandasnya. (yas/rit/biz)