Griya Kain Solo Bertahan di Tengah Pandemi , Banting Stir Produksi Masker dan Ubah Metode Penjualan

Esti Iswandari, owner Griya Kain Solo menata masker yang diproduksinya selama Pandemi Covid-19 di gerai batiknya miliknya di Jalan Moyo No.6, Kampung Baru, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon.

JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari tujuh bulan benar-benar memukul semua sendi perekonomian. Termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang harus pintar-pintar berinovasi agar barang tetap berputar di tengah menurunnya daya beli masyarakat.

Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Esti Iswandari. Perempuan yang memiliki usaha batik berlabel Griya Kain Solo ini mengaku sempat merasa down saat awal-awal pandemi menghantam bisnis yang ditekuninya selama 18 tahun terakhir. Pasalnya,  di tengah stok produksinya yang melimpah untuk dipasarkan di sejumlah pameran ada kabar bahwa semua agenda ditunda sampai akhir tahun.

“Pengumuman pandemi itu kan kalau tidak salah Maret ya dan saat itu saya baru saja selesai ikut pameran di Jakarta. Karena selama ini, memang fokus pemasaran saya melalui pameran-pameran. Nah, saat itu begitu dengar kabar kalau pandemi, kemudian seluruh agenda pameran postponed sampai akhir 2020 saya langsung lemes dan sempat blank selama dua minggu. Saya harus bagaimana, padahal stok sudah banyak untuk persiapan pameran-pameran,” ujarnya.

Tak ada perputaran uang membuat Esti pun terpaksa merumahkan 11 karyawannya dan hanya menyisakan dua orang yang kini membantunya. Pasalnya, semua produksi terpaksa dihentikan karena tak ada lagi agenda pameran, di sisi lain stok kain batik masih berlimpah.

iklan
Baca juga:  E-Paper Koran Jateng Pos, 09 Maret 2022

Hingga pada awal April, Esti kembali bangkit dengan mengambil langkah berani. Merubah mindset produksi kain batik menjadi masker. Ia pun membongkar kain-kain batik yang tersimpan gudang maupun yang tersimpan rapi di galerinya di Jalan Moyo No.6, Kampung Baru, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon.

“Dua penjahit saya tanya bisa ndak membuat masker. DIjawab bisa akhirnya saya bongkar stok kain dan dipotong-potong kemudian dijahit untuk dijadikan masker. Ya awalnya sayang motong kain batik apalagi yang tulis dan halusan. Tapi mau tidak mau harus dilakukan kalau mau bertahan di kondisi seperti ini,” ucapnya.

 

Kendala berikutnya adalah pemasaran, sebab selama ini ia hanya mengandalkan pameran konvensional. Namun hal tersebut teratasi dengan statusnya sebagai salah satu UKM binaan PT Pertamina melalui Program Kemitraan. Dimana selain bantuan berupa akses modal, pendampingan yang diterima dari perusahaan negara tersebut salah satunya informasi marketplace yang bisa digunakan mitra binaan BUMN untuk memasarkan produk secara online. Selain itu, pelatihan foto produk dan penggunaan aplikasi fotografi hingga membuat tampilan produk lebih menarik.

Baca juga:  Djarum Foundation Hijaukan Gedongsongo, Kerahkan 250 Mahasiswa

“Sejak menjadi binaan Pertamina pada 2017 lalu memang banyak manfaat yang saya rasakan. Dan lebih terasa lagi saat pandemi ini, dimana pendampingan yang diberikan benar-benar membantu saya maupun UKM lainnya untuk bertahan di tengah pandemi ini. Seperti pelatihan foto produk, saat ini sangat membantu karena foto produk menjadi instrumen penting untuk memasarkan produk secara online. Dan dulu alasan saya memilih Pertamina juga karena itu, pendampingannya termasuk perbaikan manajemen, pelatihan-pelatihan, informasi, pameran, tidak hanya untuk modal,” urainya.

Usaha pun tak mengingkari hasil. Masker produksi Griya Kain Solo  cukup laris dan banyak diminati. Bahkan untuk sekelas masker yang dibuat dari kain batik premium dan dibandrol dengan harga yang terbilang tinggi untuk sebuah masker juga banyak diminati. Tidak hanya dari pasar lokal, namun juga internasional.

Baca juga:  Konsumsi BBM di Jateng-DIY Turun 18 Persen

Saat ini Esti memproduksi masker 200-300 pieces dalam sehari. Dimana omsetnya bisa menjual 100 hingga 200 buah per harinya. “Memang sedikit capek karena harus sering moto produk dan upload, sebab motif kan harus diupdate terus. Tapi semuanya impas dengan hasil yang didapat. Selain menjual di dalam negeri, saya juga ngirim masker ke luar negeri. Ini mau ngirim ke Honolulu, kemarin sudah kirim ke Eropa, seperti Jerman,” paparnya.

Selama Pandemi Covid-19 ini PT Pertamina memang tak berhenti mensupport UMKM binaannya melalui sejumlah program. Diantaranya, pameran virtual sebagaimana Pertamina SMEXPO (9-11 September). Kemudian sebisa mungkin membeli produk dari UMKM binaan seperti masker, sembako, makanan, APD dan lainnya.

“Kami juga melakukan peningkatan Kapasitas dan Pelatihan UMKM berbasis online. Seperti pemasaran online menggunakan sosial media, memfasilitasi foto produk dan membuat katalog produk, pelatihan teknik foto produk, dsb baik yang diselenggarakan oleh MOR IV, maupun Pertamina pusat dan Rumah BUMN se-Indonesia,” jelas Pjs Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina MOR IV, Marthia Mulia Asri. (jay/bis)

iklan