JATENGPOS.CO.ID. SOLO – Berselang sehari pasca digelarnya Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 SISKS Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi, Istana Mataram yang digawangi GKR Koes Moertiyah Pakubuwono atau Gusti Mung langsung unjuk gigi dengan menggelar kirab 40 kereta kuda lengkap dengan kawalan bergodo (prajurit keraton).
Kirab dibuka oleh marching band keraton, Jumat (13/4). Kirab dengan rute Bundaran Gladak menuju Wisma Boga dengan melintas di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta dan Pasar Klewer yang berada di satu kompleks.
Dari pantauan di lapangan, kirab diberangkatkan sekitar pukul 16.30 WIB. Seluruh peserta kirab tampak mengenakan baju adat Jawa termasuk sejumlah warga negara asing (WNA), selain itu tampak pula sejumlah delegasi dari kerajaan di Nusantara yang mengenakan baju adat dari daerah masing-masing.
Dari 40 kereta kuda yang digunakan, di bagian depan merupakan kereta kencana yang dinaiki anak-anak PB XII dan kerabat Keraton Kasunanan Surakarta atau yang biasa disebut Sentono Dalem. Terlihat pula sejumlah investor dari Asia dan Eropa yang menaiki kereta kencana.
Di sepanjang jalan mereka pun disambut warga yang menunggu, tak sedikit warga yang berusaha mengabadikan moment langka tersebut melalui kamera ponsel. Sesampainya di Wisma Boga, para peserta kirab disambut dengan suasana keraton yang kental lengkap dengan sambutan prajurit keraton dan karpet merah untuk selanjutnya menikmati perjamuan Royal Dinner.
Penggagas Istana Mataram, GKR Koes Moertiyah Pakubuwono mengatakan pihaknya memang sengaja menggelar kirab dengan mengundang delegasi dari 35 kerajaan yang ada di Indonesia serta 80 perwakilan perusahaan dari sembilan negara turut meramaikan kirab itu. Seperti dari Jerman, Spanyol, Thailand, Taiwan, Amerika, Filipina, Singapura, Hongkong, dan juga Inggris.
“Kirab ini kami gelar sebagai bagian dari perayaan berdirinya Istana Mataram dan perjanjian kerjasama dengan investor yang berkomitmen untuk menanamkan modal di bidang potensi tiap-tiap keraton. Karena itu kami ajak juga seluruh kerajaan nusantara yang masih keturunan kerajaan Mataram untuk bergabung. Tidak hanya di kegiatan dua hari ini namun juga di masa mendatang,” jelasnya.
Dengan banyaknya investor tersebut, pihaknya optimis akan mampu mendongkrak perekonomian di tanah Mataram. Oleh sebab itu, dalam kegiatan kali ini pihaknya sengaja memilih kirab kereta kuda untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Surakarta memiliki budaya yang sangat luhur. “Tradisi ini sudah ada selama 200 tahun. Dan nantinya datangnya investor untuk mengembangkan potensi daerah masing-masing,” tutur Gusti Moeng.
Wanita yang akrab disapa Gusti Moeng ini menambahkan, soal penggunaan nama Istana Mataram kemudian juga para prajurit keraton serta atribut keraton, pihaknya menegaskan jika mereka berhak mengenakannya karena memiliki darah Mataram. “Kami juga sudah mengantongi izin dan Kemenkumham,” imbuh wanita yang akrab disapa Gusti Moeng disela kegiatan.
Sementara itu, dalam Royal Dinner tersebut digelar pula penandatanganan kerja sama antara Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) dengan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN).
“Mou ini merupakan kelanjutan dari pertemuan di Istana Bogor dengan Presiden 4 Januari lalu. Dimana saat itu poin-poinnya sudah ditetapkan dan hari ini (Jumat malam,Red) dilanjutkan dengan nota kesepahaman yang nantinya menjadi payung untuk perjanjian kerjasama dengan seluruh stakeholder pemerintah dengan fokus di pelestarian budaya, sejarah dan mempertahankan budaya dan kultur kita,” ujar Agus Purwoto, Sekretaris Kemenko Maritim.
Terpisah, menyikapi keberadaan Istana Mataran, SISKS Paku Buwono XIII Hangabehi melalui kuasa hukumnya, KPAA Ferry Firman Nurwahyu Pradotoningrat mengaku kecewa dan mempermasalahkan posisi Gusti Moeng dalam FKIKN.
“Soal ini akan kami bahas dengan pihak terkait. Posisi dia (Gusti Moeng,Red) itu apa? Sekretaris? Seharusnya kan yang namanya kerajaan membentuk forum kan harus rajanya. kecuali dia mendapat mandat dari raja. Kalau dia duduk sebagai sekretaris mewakili kepentingan keraton, keraton yang mana?,” tandasnya. (jay/mar/muz)