JATENGPOS.CO.ID, PURWOKERTO – Laju inflasi pada Januari 2021 di Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah, tertahan oleh penurunan harga telur ayam ras dan bawang merah, kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Samsun Hadi.
“Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), inflasi pada Januari 2021 di Purwokerto tercatat sebesar 0,35 persen atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,33 persen, sedangkan di Cilacap 0,27 persen atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,35 persen,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Ia mengatakan secara umum, inflasi pada Januari di Purwokerto dan Cilacap utamanya bersumber dari komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau, khususnya cabai rawit, tempe, serta tahu mentah.
Menurut dia, peningkatan harga cabai rawit dipengaruhi oleh faktor cuaca, yaitu curah hujan yang tinggi, sedangkan kenaikan harga tempe dan tahu mentah sejalan dengan meningkatnya harga kedelai di pasar internasional.
“Harga pasar internasional sangat berpengaruh terhadap harga kedelai di Indonesia mengingat 90 persen kebutuhan kedelai dalam negeri diperoleh melalui impor. Di sisi lain, inflasi kedua kota tertahan oleh penurunan harga telur ayam ras dan bawang merah,” katanya.
Lebih lanjut, Samsun mengatakan secara tahunan, Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 1,93 persen (year on year/yoy), terkendali, dan berada di bawah rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy).
Menurut dia, capaian inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Januari pada tiga tahun terakhir atau 2018 hingga 2020 yang sebesar 2,74 persen (yoy).
Sementara di Cilacap, kata dia, secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,01 persen (yoy), terkendali, dan berada di bawah rentang target inflasi 2021 sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy) serta lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Januari selama tiga tahun terakhir yang sebesar 2,58 persen (yoy).
“Bank Indonesia tetap konsisten menjaga inflasi di kisaran sasarannya 3 persen plus minus 1 persen (yoy) pada tahun 2021. Adapun risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi ke depan, antara lain meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan arah pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Di samping itu, kata dia, inflasi dari harga yang ditentukan pemerintah (administered prices) diperkirakan juga turut menyumbang inflasi pada tahun 2021, salah satunya kenaikan cukai rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih tangan (SPT) sebesar rata-rata 12,5 persen yang berlaku mulai Februari 2021.
Oleh karena itu, lanjut dia, Bank Indonesia tersu melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok. (fid/ant)