JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Prof Dr H Gunarto SH MHum menyatakan reaksi keras terhadap pernyataan Nupur Sharma, juru bicara partai berkuasa Baharatiya Janata Party (BJP) India.
Melalui siaran pers kepada media di Semarang, Rabu (8/6), pria yang akrab disapa Prof Gun, menyerukan sejumlah imbauan, salah satunya adalah memboikot produk-produk barang dan jsa dari India.
“Kami merekomendasikan poin penting, antara lain pemerintah RI sebaiknya mengimbau masyarakat tidak membeli produk barang dan jasa dari India, dan memanggil Duta Besar India di Indonesia untuk meminta maaf kepada umat Islam,” tandasnya saat menyampaikan peryataan di Gedung Rektorat Kampus Unissula.
Prof Gun juga mengimbau umat Islam untuk bersatu padu menolak barang -barang dari India dan membeli produk dalam negeri. Selain itu, disampaikan juga kepada masyarakat Indonesia agar tetap bersatu padu menjaga ukhuwah wathaniyah atau persatuan sesama bangsa Indonesia.
Lebih lanjut, Prof Gun mendorong pemerintah India untuk melakukan penegakan hukum bagi warganya yang telah menghina Nabi Muhammad SAW berdasar Pasal 295A, 153A, dan 505B KUHP India, sejaligus menjaga perdamaian dunia berdasar kemanusiaan dan keadilan.
Seruan Rektor Unissula tersebut menanggapi perempuan kelahiran New Delhi itu yang menyampaikan pernyataan menyinggung kaum muslimin “Nabi Muhammad menikai seorang gadis enam tahun dan berhubungan dengannya di usia sembilan tahun”, serta mengolok-olok Al Quran.
Disampaikan Prof Gun, kisah penghinaan kepada Nabi Muhammad tidak hanya pada masa modern, akan tetapi sudah banyak dilakukan semasa nabi masih hidup. Hal tersebut, tentu saja membuat mayoritas muslim terluka. Namun demikian, dirinya berpesan agar tidak membalas kebencian kaum penghina dengan jalan yang buruk.
“Aksi penghinaan tersebut harus bisa dijadikan momentum bagi umat Islam untuk lebih mencintai Nabi Muhammad SAW dan Al Quran sebagai jalan keselamatan di dunia dan akherat,” ujarnya.
Rektor Unissula juga telah berkomunikasi dengan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS PTIS) untuk bersama-sama mendesak Duta Besar India di Indonesia menyampaikan permintaan maaf kepada umat muslim di Indonesia, terkait pernyataan Sharma.
Sharma sendiri telah mencabut penyataannya tanpa syarat. Melalui twitter pribadinya, Senin (6/6) dia menyampaikan, “Jika kata-kata saya menyebabkan ketidaknyamanan atau menyakiti perasaan keagamaan siapapun, Dengan ini saya mencabut pernyataan saya tanpa syarat.”
Meskipun demikian, kecaman dunia terlanjut disampaikan bertubi-tubi terhadap politisi partai berkuasa tersebut. (rit/bis)