JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Prof. Dr. Zaenal Muttaqien, dokter spesialis bedah syarat yang juga guru besar FK Undip, menolak keinginan menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang meminta dokter spesialis untuk mengajari dokter umum tentang bedah (caesar) persalinan. Sehingga kemampuan bedah tidak hanya dimonopoli dokter spesialis.
Menurut Prof Zaenal, keinginan Menkes tersebut tidak masuk akal dan berbahaya buat masyarakat.
Hal itu dikatakan dokter Zenal menanggapi Renungan Angkhir Tahun Menkes 2025, yang diunggah di media sosial. Dalam renungan tersebut, menurut Prof Zaenal, Menkes meminta kepada dokter kolegium (kumpulan dokter sesuai spesialis), untuk melakukan tiga hal. Pertama, dokter spesialias harus transfer ilmu kompetensi caesar atau USG kepada dokter umum di Puskesmas dan pelosok agar tidak terjadi monopoli ilmu. Kedua, dokter spesialis diminta meningkatkan mutu kompetensi pelayanan dengan niat baik, bukan malah membatasi. Ketiga, dokter diminta terbuka dengan teknologi informasi kesehatan.
“Niatnya baik, tetapi idenya tidak masuk di akal. Misalnya soal berbagi ilmu operasi bedah kehamilan kepada dokter umum, apakah operasi ini bisa dijalankan dokter yang hanya diajari sepotong-sepotong soal bedah saja? Dunia kedokteran beda dengan dunia perbengkelan. Kalau montir bisa diajari di BLK dengan modul cara memperbaiki mesin yang rusak. Ilmunya bisa untuk perbaiki mesin yang berbeda-beda, dengan cara yang sama bisa. Tapi operasi manusia tidak bisa, satu cara untuk orang yang beda, berbeda juga caranya, karena manusia bukan benda,”katanya, kepada Jateng Pos, di Semarang, 2 Januari 2024.
Bahkan sering kali, kata Prof Zaenal, operasi caesar ada efek komplikasinya. Begitu komplikasi, membutuhkan dokter spesialis yang lain.
“Jadi tidak bisa operasi dilakukan dokter umum yang hanya diajari dengan modul, yang hanya diajari cara caesar saja. Butuh ilmu-ilmu yang lain, dan itu ada ahlinya masing-masing,”imbuhnya.
Memang katanya, seorang tukang parkir misalnya, ketika diajari operasi bedah syaraf seminggu tiga kali selama enam bulan, dia akan bisa melakukan operasi sendiri.
“Tapi apakah dia punya kompetensi keilmuanya? Kan tidak? Dia hanya terampil saja karena seringnya berlatih. Tapi tetap dia tukang parkir yang tidak punya kompetensi ilmu kedokteran. Maka dia tidak bisa melakukan pekerjaan itu secara benar dan selamat karena bisanya ya hanya itu,”jelasnya.
“Ini bukan masalah monopoli ilmu, tetapi karena penanganan kesehatan membutuhkan ilmu khusus, butuh ahli-ahli kedokektirean sesuai spesialisasinya masing-masihg. Kalau dokter umum pengin bisa melakukan bedah kandungan, kenapa tidak lanjut ke spesialis kandungan saja, kan ada jurusanya,”kata dokter ahli bedah epilepsi di RS Telogorejo Semarang ini. (jan)