JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Kabar masuknya jamu impor dari China ke rumah sakit rujukan Kementerian Kesehatan RI untuk penanganan virus corona mendapat tanggapan bos jamu PT. Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat.
Menurutnya, sebagai upaya bersama-sama mencari obat penyembuh virus yang belum ada obatnya, kejadian itu boleh-boleh saja.Tetapi memang harus melalui prosedur yang semestinya.
“Sebagai pengusaha jamu saya pun apresiasi dan mendukung siapa saja yang berusaha mencari upaya penyembuhan corona. Apa lagi covid-19 ini belum ditemukan obatnya,”kata Irwan, kepada Jatengpos.co.id.
Namun begitu, Irwan menilai ramuan impor tersebut belum bisa dikatakan sebagai obat yang pasti memyembuhkan.
Bentuknya pun masih sebatas ramuan.
Tidak mau tergelincir jauh ke masalah yang belum pasti, Direktur PT. Sido Muncul ini berusaha mencari titik temu masalah tersebut. Dari informasi yang dia dapat, ternyata ramuan tersebut dibuat di Indonesia.
Dari sebelas bahan yg digunakan 8 dari Indonesia dan yg 3 dari china.
“Kalau orang terinfeksi Covid19 minum jamu-jamu yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena Covid19 memang belum ditemukan obatnya,“ jelasnya.
“Jadi ceritanya ada anggota DPR kita yang terpapar bersama keluarganya. Lalu katanya rajin meminum ramuan tersebut dan sembuh semua. Tetapi apakah dari pasien lain juga sembuh dari ramuan itu, ya belum tentu. Mungkin saja mereka minum jamu yang lain seperti jahe, kunyit, Tolak Angin atau Sari Daun Pepaya,”selorohnya.
Namun menurut Irwan, sikap Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia atau GP Jamu yang tanggap dengan masalah ini sudah betul sesuai tugas dan fungsinya. Ada prosedur yang harus dilalui jika sebuah obat atau ramuan impor masuk ke tanah air harus ada ijin produksi dan izin edar dari BPOM. Sekalipun diberikan cuma-cuma.
“Apa yang disampaikan Ketua GP Jamu Ibu Ranny Pertiwi sudah benar. Saya kira bukan protes ya. Tapi meluruskan rambu- rambunya,”kata Irwan.
Asal tahu, dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Senin (27/4/2020), Ketua GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi mengaku keberatan dengan masuknya jamu impor China. Apalagi, Indonesia sudah memiliki banyak produk jamu.
“Saya melihat ada Satgas DPR RI mengimpor jamu dari luar secara besar. Terus terang, saya keberatan dengan hal ini. Karena yang saya tahu, formula dalam jamu impor itu yang diberikan oleh satgas DPR RI itu juga kami bisa buat,” ujarnya.
Ranny juga menyebut jika Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak mengetahui masuknya jamu impor dari China. Bahkan, BPOM justru mempertanyakan masuknya jamu China tersebut kepada GP Jamu. Sebab, salah satu bahan baku jamu impor China itu dilarang beredar di Indonesia oleh BPOM.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania menduga jamu impor dari China tersebut dianjurkan dalam buku penanganan covid-19 milik pemerintah China. Buku itu diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
Menurutnya, Pemerintah China memasukkan jamu tradisional dalam rekomendasi lantaran prosedur tetap (protap) mereka. Yaitu setiap pasien diberikan pengobatan integratif antara obat tradisional dan konvensional.
Namun, produk jamu tradisional tersebut belum melalui uji klinis. Baru sebatas testimoni dari pasien-pasien yang sembuh setelah diberikan jamu tradisional China.
Anggota Komisi VI DPR sekaligus anggota Satgas Lawan Covid-19 DPR Andre Rosiade menjelaskan jamu tradisional China tersebut merupakan salah satu sumbangan dari pimpinan DPR RI yang memiliki pengalaman sembuh dari covid-19 setelah mengkonsumsi jamu tersebut.
“Karena memang obat herbal fit itu teruji. Ada salah satu pimpinan DPR dan enam keluarganya terpapar dan mereka sembuh dengan herbal fit itu, sehingga dia ber-nazar membantu pasien corona dengan memberikan obat tersebut,” jelasnya.
Andre mengklaim dari 15 bahan baku jamu tradisional tersebut, 13 bahan baku berasal dari Indonesia. Sedangkan sisanya dua bahan baku diimpor dari China. Selain itu, jamu tersebut juga diracik di dalam negeri.
“Jadi kami ingin membantu kerja pemerintah. Tidak ada unsur komersial sama sekali dan tidak menggunakan uang negara. Tidak hanya itu, kami juga donasikan APD, masker, hand sanitizer, dan sebagainya,” paparnya.
Namun ia mengaku akan menyampaikan keluhan GP Jamu tersebut kepada anggota Satgas Lawan Covid-19 DPR. Ia membuka kesempatan bagi GP Jamu jika memang terdapat bahan tradisional Indonesia yang dapat menyembuhkan covid-19 untuk dapat didistribusikan kepada pasien. (jan)