Jalan Penghubung Tergusur Tol, Warga Rejosari Blokir Proyek Tol

Ratusan warga melakukan aksi unjuk rasa menolak penutupan akses jalan utama yang merupakan jalan penghubung antara Kota Kendal dengan Ngampel. FOTO:ADYE VIANT/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID. KENDAL– Lagi-lagi ratusan warga Desa Rejosari Kecamatan Ngampel melakukan aksi unjuk rasa lantaran jalan utama kabupaten antara Kendal dengan Ngampel ditutup oleh pihak pelaksana proyek pembangunan jalan tol Batang-Semarang.

Mereka menolak agar akses jalan penghubung tidak ditutup. Massa lalu memblokade jalan di sekitar area proyek pembangunan jalan tol dengan memasang spanduk penolakan. Warga meminta pihak pelaksana proyel jalan tol Batang – Seamrang agar dibuatkan akses jalan layang atau terowongan.

Koordinator aksi, Miskam mengatakan jalan penghubung ini merupakan satu-satunya akses terdekat bagi warga untuk menuju ke Kota Kendal. Jika kemduian akses jalan ini ditutup karena pembangunan jalan tol, maka akan berpengaruh pada ekonomi warga setempat.

Baca juga:  Yes, d'Masiv Sukses Mengguncang Konser Musik Perbatasan Atambua

“Dengan upaya aksi unjuk rasa inilah warga melakukan tuntutan agar pihak pembangunan jalan tol bisa mengabulkan. Yakni dengan tidak menutup akses jalan penghubung atau dibuatkan akses pengganti berupa jalan layang maupun terowongan,” katanya disela-sela aksi, kemarin.


Ratusan warga melakukan aksi unjuk rasa menolak penutupan akses jalan utama yang merupakan jalan penghubung antara Kota Kendal dengan Ngampel. FOTO:ADYE VIANT/JATENGPOS

Menurutnya, jika akses jalan utama yang merupakan satu-satunya akses penghubung ditutup. Maka akan berdampak pada aktivitas warga, salah satunya warga harus memutar jauh. Selain itu juga berdampak pada perkonomian warga desa di sini.

“Warga menolak jika jalan utama ini ditutup meski sudah dibuat jalan penghubung lain tetapi warga harus memutar jauh. Kami menilai kebijakan ini sangat ngawur sebab tanpa melihat dampak yang timbul yang nantinya bakal dirasakan warga,” teriak Miskam.

Baca juga:  JSA Dukung Prabowo Sandi

Spanduk penolakan penutupan jalan dipasang di sejumlah areal proyek jalan tol ini, bahkan warga memblokade proyek sehingga aktivitas pekerjaan menjadi terhenti. warga meminta, pelaksana proyek memenuhi janjinya untuk membuatkan akses jalan.

Kasmadi (42) warga setempat juga mengeluhkan dengan adanya penutupan akses jalan kabupaten, karena akan memutar. “Jika dibuatkan jalan layang juga jangan terlalu tinggi karena kuda tidak akan kuat naik sehingga penghasilan saya jadi berkurang,” kata pria yang menjadi kusir dokar ini.

Dampak akibat penutupan akses jalan juga berimbas tersumbatnya saluran air drainase disekitar lingkungan, tak khayal jika turun hujan deras kerap banjir. Sementara itu, Humas Waskita Agus Khozin pembangunan jalan tol Semarang-Batang section IV dan V menuturkan pihaknya akan merespon permintaan warga itu.

Baca juga:  Album Pigza Pyong-Pyong Bukti Eksistensi

Pihaknya meminta waktu 7 hari kepada warga untuk melakukan peninjauan proyek atas tuntutan warga itu. “Nanti kami akan berkoordinasi dengan konsultan. Selanjutnya akan kami survei, karena yang paham dengan pengkajian infrastruktur adalah para konsultan,” ucapnya.

Agus mengatakan untuk proses penghentian pembangunan jalan layang yang telah terlanjur dibuat dirinya akan berkoordinasi dengan pimpinan, pasalnya tidak semudah itu menghentikan proyek yang sudah berjalan.

“Jadi kalau warga sendiri yang menghentikan proyek tersebut silahkan itu haknya. Tapi kami tidak bisa sembarangan menghentikan sebuah proyek,” pungkasnya. (via/muz)