JATENGPOS.CO.ID, MAKKAH – Balada sholat Jumat musim haji tahun 2023 ini sungguh luar biasa. Bagaimana tidak. Untuk bisa Jumatan di masjidil Haram jamaah haji harus masuk masjid sejak pukul 2 dinihari. Jika tidak dijamin tidak bisa masuk masjid.
Itu terjadi karena tahun ini jumlah jamaah haji melonjak dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Negara Arab Saudi mengeluarkan 2,5 juta visa haji seluruh dunia. Artinya, tahun ini ada 2,5 juta orang menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Jumlah ini dua kali lipat lebih dari haji sebelumnya yang jumlahnya rata-rata 1 juta orang tiap tahun.
Jumlah yang besar ini membuat jamaah membludak. Setiap sholat lima waktu saja penuh sesak. Apa lagi sholat Jumat, akan lebih banyak lagi. Selain karena semua jamaah berusaha sholat di masjidil Haram, kaum wanita juga diperbolehkan ikut sholat Jumat di masjid.
Jumlah jamaah yang besar untuk sholat Jumat ini membuat pihak keamanan masjid mengeluarkan aturan tegas. Setiap Jumat selama musim haji, jam 9 pagi semua pintu menuju masjid sudah ditutup. Dipasang barikade dan dijaga ketat oleh askar (polisi).
Semua kloter jamaah haji sehari sebelumnya sudah diberi pengumuman. Pada hari Jumat bus sholawat layanan gratis angkutan jamaah haji Indonesia menuju masjid dan sebaliknya hanya sampai pukul 9 pagi. Lewat itu bus stop total. Itulah yang membuat semua jamaah sudah berbondong-bondong berangkat ke masjid untuk Jumatan sejak jam dua dinihari. Karena kalau berangkat pagi dipastikan bus juga macet di jalanan. Akhirya sampai Jumatan siang tidak juga nyampe di masjidil haram.
Maka semua jamaah memilih berangkat lebih awal dinihari masuk masjid sekalian sholat tahajud dan menunggu subuh. Itu saja kondisi dalam masjid sudah penuh. Dimana-mana tempat orang sudah duduk dan sholat malam. Dari lantai dasar hingga rooftop lantai 4 tidak bisa dilewati. Orang towaf di semua lantai seolah tak bergerak. Bertabrakan dengan jamaah yang baru masuk masjid yang kebingunan. Mereka tidak tahu harus ke arah mana karena semuanya berjejal. Jam dua dinihari itu orang sudah berkeringat semua. Wajahnya tegang. Ketakutan karena terhimpit orang lain.
Suasana sangat menngerikan. Dalam hati semua khawatir chaos. Disulut sedikit saja massa bisa pecah. Atau kalau sampai dorong-dorongan dan ambruk semua akan terinjak. Terbayang tragedi Mina yang mengerikan itu. Ditambah polisi yang teriak-teriak supaya massa terus berjalan. Tetapi tidak tahu harus berjalan ke arah mana. Semuanya macet. Tidak ada tempat. Saling bertabrakan.
Setelah azan subuh, barulah massa terurai. Yang thowaf di setiap lantai distop. Sehingga jalur thowaf bisa digunakan untuk sholat. Yang semula tidak dapat tempat cepat-cepat menggelar sajadah. Sampai subuh selesai aman. Tetapi bakda subuh, kegaduhan mulai lagi. Yang sholat di jalur thowaf harus segera pergi karena untuk thowaf lagi. Massa berdesakan lagi. Mencari tempat untuk duduk menunggu Jumatan. Semua mencari nasib sendiri-sendiri. Dapat tempat seadanya. Duduk di situ sampai siang hari Jumatan tiba. Dari jam dua sampai jam 12 siang. Duduk tak bergerak 10 jam lamanya.
Ada yang zikir, baca Quran, dan duduk diam. Sambil menunggu pukul 05.39 untuk sholat Syuruq. Setelahnya baca Quran lagi. Agak siang sholat duha. Duduk lagi di tempat itu. Tidak bisa pindah. Bergeser sedikit ditempati orang lain. Bertahan menunggu Jumatan sampai kelelahan. Baca quran lagi. Zikir lagi. Lama-lama tidak kuat juga sampai tertidur. Tapi tertidurpun dilarang juga sama polisi. Dibentak-bentak. Ditarik tanganya jika ada yang tertidur di shof atau baridan sholat.
Itulah balada sholat Jumat pada musim haji tahun ini. Tapi masih bersyukur bisa masuk masjid. Meski terhimpit sejak jam dua malam. Sebab banyak yang tertahan di luaran. Masuk plataran depan Zam Zam Tower saja tidak bisa. Juga sudah penuh sejak malam. Yang datang lewat jam 9 pasti percuma.
Itu juga yang dialami penulis pada Jumat minggu sebelumnya. Sudah berjalan 2 Km dari hotel ke masjid jalan kaki karena bus distop, nyampai lokasi dipagar. Ribuan orang tertahan di jalanan. Kondisi panas membuat orang teriak-teriak seperti demo. Akhirnya sampai Jumatan dimulai semua menggelar sajadah di jalanan tanpa atap. Meski tidak terdengar azan dan suara Imam, mereka berusaha sholat sampai selesai.
Kondisi ini sebenarnya tidak terjadi pada awal-awal haji. Meski hari Jumat, jamaah masih bisa masuk masjid satu jam sebelum sholat. Makin ke belakang jumlah jamaah yang datang semakin banyak. Sebab seminggu sebelum Haji tanggal 9 Zulhijah (27 Juni), semua jamaah haji seluruh dunia berjumlah 2,5 juta orang sudah masuk ke masjidil Haram. Sholat biasa saja tidak semua jamaah bisa masuk masjid. Banyak yang terpaksa sholat di pinggir-pinggir jalan berjarak 500 meter-1 kilo meter. Sholat lima waktu saja, kalau pengin masuk masjid harus datang 2 jam sebelum azan. Sehingga tiap hari orang subuhan ke masjid berangkat jam dua pagi dari hotelnya. Jika Jumatan, habis subuh tidak pulang. Bertahan 10 jam duduk di masjid menunggu Jumatan. Sangat berbeda dengan di tanah air. Berangkat Jumatan kalau sudah terdengar azan. (*)