JATENGPOS.CO.ID. MAGELANG- Kampung Pinggirejo, RW 007 Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, bisa saja menjadi wisata edukasi baru di Kota Magelang. Sebab di kampung itu tidak hanya dikenal bersih, tetapi juga terkenal dengan keberhasilan warganya mengelola kampung organik dan bank sampah.
Seperti yang dilakukan anak-anak PAUD KB Harapan, Rejowinangun Utara, Kota Magelang, Kamis (18/1). Didampingi para guru, anak-anak ini begitu antusias bermain sambil belajar menanam tanaman secara organik.
”Kami sengaja mengajak anak-anak supaya bisa belajar langsung bagaimana mengolah tanaman dengan baik. Anak-anak juga sangat antusias, mereka acap bertanya,” kata Ny Yati, seorang guru PAUD KB Harapan.
Ia mengatakan bahwa belajar di tempat luar tak harus mengeluarkan biaya mahal. Kunjungan ke Kampung Organik Pinggirejo Wates ini menjadi contohnya.
”Tidak perlu jauh-jauh karena di Kota Magelang saja ada kampung yang seringkali menerima penghargaan berkat kepandaian warganya menjaga kebersihan melalui bank sampah dan tanaman organik. Gratis lagi,” imbuhnya.
Memang, di Kampung Organik Pinggirejo sendiri saat ini sudah banyak varian tanaman organik seperti tomat, sawi, seledri, daun bawang, dan lainnya. Semua tanaman tidak ada yang diberi pestisida kimia. Mereka melakukan pencegahan hama secara alami.
”Memang sejak dua tahun terakhir kunjungan ke kampung kami cukup banyak. Rata-rata mereka ingin belajar tentang kampung organik dan bank sampah,” ujar Pembina Kampung Organik Kartini Pinggirejo, Berdiyanto.
Ia menjelaskan, pihaknya terus melakukan proses pengembangan, terutama untuk menambah kesadaran warga menjaga kebersihan. Bahkan, sejak beberapa bulan ini warga yang hendak mengurus administrasi tingkat RW diwajibkan untuk ”membayar” menggunakan sampah. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi sampah rumah tangga yang terbuang sia-sia, karena sebenarnya bisa dikaryakan dan menghasilkan uang.
”Cara itu kami terapkan dan mendapat tanggapan positif dari warga. Jadi di samping kita berikan edukasi, juga melatih warga untuk selalu menjaga kebersihan dan menghindari praktik pungli, semisal mengisi (uang) kotak, pada saat hendak mengurus administrasi kependudukan di tingkat RT RW,” ujarnya.
Berdiyanto menambahkan, selain mengurus administrasi tingkat RT dan RW, komponen wajib membawa sampah anorganik juga diterapkan di Posyandu Shinta Sari, Kelurahan Wates. Jika ibu-ibu ingin memeriksakan putra putrinya, mereka wajib membawa sampah anorganik dari rumah.
”Bukan uang yang harus dibawa, tapi kalau di kami itu sampah. Nanti sampah ini dijual ke bank sampah dan uang hasil penjualan kami gunakan untuk kebutuhan membuat makanan tambahan bayi dan balita di posyandu,” ujarnya.
Dia mengakui jika Kampung Organik Kartini yang jadi binaannya, juga telah berubah dari sebelumnya. Kini, hampir di setiap rumah di RW 007, sudah tertanam sayuran organik di polybag.
Dia berharap, dari kunjungan anak-anak PAUD itu dapat menanamankan budaya kebersihan sejak dini. Ia ingin memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa sampah tak sepenuhnya menjadi gangguan, tetapi bisa memberi keuntungan asalkan dikelola dengan baik. (wid/jpnn/muz)