JATENGPOS.CO.ID. BREBES- Banjir bandang kembali terjadi hingga sempat melumpuhkan akses jalan poros penghubung Desa Sridadi dengan Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog, Brebes, Selasa (23/1) sore. Banjir bandang ini, merupakan kali kedua di tempat yang sama setelah sebelumnya terjadi pada 14 Desember 2017 lalu.
Banjir bandang itu terjadi pada aliran sungai Kali Saat sekitar pukul 15.30 WIB tersebut terjadi menyusul tingginya intensitas hujan deras di wilayah Kecamatan Sirampog belakangan. Meski tidak ada korban jiwa, namun derasnya arus membawa material sungai berupa batu dan pasir menerjang jalan darurat yang sebelumnya menjadi akses transportasi warga.
“Saat kejadian pertama, banjir menghanyutkan jembatan penghubung dua wilayah. Setelah material lumpur dibersihkan, warga bisa melintasinya melalui tepian sungai. Tapi sekarang tertimbun lagi,” ungkap Hidayat, 41, salah seorang warga.
Masih beruntung, jembatan darurat yang sebelumnya dibangun untuk sarana penyeberangan warga, tidak mengalami kerusakan. Sehingga warga masih dapat mengakses, meski harus sedikit memutar melalui lahan Perhutani.
Namun demikian, kembali terulang banjir bandang di lokasi tersebut, membuat warga was-was jika dampak yang ditimbulkan akan semakin membesar. “Jadi takut lewat sini, terlebih hujan masih sering turun. Karena jalur ini banyak di lintasi warga dari dua Desa,” kata Hidayat.
Kepala Desa Sridadi, Nasugijanto menyampaikan jika kekhawatiran warga sangatlah wajar mengingat jalan poros ini menjadi akses warga dalam berbagai kegiatan. “Jalan ini sebagai jalur pertanian, baik untuk menuju ladang hingga pendistribusian ke luar wilayah. Selain itu juga dilalui oleh anak-anak yang bersekolah, sehingga keberadaanya sangat berarti bagi warga,” terang Kades.
Meskipun saat ini warga masih dapat melintas melalui jembatan darurat, namun kondisinya cukup membahayakan. Hal ini karena berada di sekitar lahan pertanian dengan medan berbukit, sehingga lantai jembatan yang terbuat dari plat bekas drum aspal ini sangat licin ketika dilewati. “Harus sangat berhati-hati, karena lapisan tanah sangat licin setelah tersiram hujan,” tuturnya.
Saat banjir bandang kali pertama di lokasi tersebut selain memutuskan jembatan utama, juga menimbun dua unit sepeda motor petani yang ditinggal berkebun pemiliknya. Sebagai upaya mengatasi keterisoliran menyusul putusnya jalan utama, ratusan warga dibantu anggota Koramil dan Satpol PP Kecamatan Sirampog, berupaya membuat jalan darurat. Selain itu warga juga membangun jembatan darurat untuk menyeberangi sungai Saat.
“Terpenting adalah membuka akses masyarakat, sebab terdapat 750 jiwa atau 265 Kepala Keluarga (KK) di Dukuh Suruhsunda yang mengandalkan jalan ini,” tandasnya.
Sementara Kepala RPH Sirampog, M Saefullah, sebelumnya mengatakan banjir menyusul tanah longsor berasal dari tebing bukit di lahan Perhutani RPH Igirklanceng di Petak 11G yang berbatasan dengan Petak 34G dengan Petak 35G di RPH Sirampog.
Diantara petak tersebut dilintasi aliran sungai Saat, diduga longsoran dari bukit perlahan menutupi aliran sungai hingga membetuk bendungan.
“Namun karena terlalu banyaknya material, akhirnya jebol. Jarak lokasi longsor tebing dengan jalan yang putus mencapai tiga kilometer,” kata Saefullah. (pri/ism/jpnn/muz)