23 C
Semarang
Kamis, 19 Juni 2025

Tak Sampai Semenit Gunungan Tumpeng Rajaban Ludes

JATENGPOS.CO.ID. KENDAL– Gunungan tumpeng makanan dan hasil bumi pertanian ludes jadi rebutan ribuan warga Dukuh Protokulon Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan, saat memperingati perayaan tradisi kirab Rajaban Astana Kuntul Nglayang setiap bulan rajab tahun ini.

Tradisi kirab Rajaban oleh warga yang digelar setiap tahun sekali ini, sebelumnya warga mengarak tumpeng gunungan raksasa setinggi dua meter dari Mushola Baitul Huda menuju ke Makam Pangeran Djuminah yang berjarak 1 kilometer.

Sebelumnya, tumpeng gunungan yang berisi berbagai amcam sayuran, buah-buahan dan makanan lainnya oleh tokoh dan sesepuh setempat bersama dengan warga memanjatkan doa terlebih dahulu.

Tapi belum selesai memanjatkan do’a, ratusan warga tidak sabar dan saling berebut untuk mendapatkan isi tumpengan tersebut. Tak khayal kurang dari 1 menit, empat gunungan yang dipenuhi dengan berbagai makanan dan sayuran hasil bumi ludes usai dibacakan doa.

Tak hanya orang dewasa baik perempuan dan laki-laki, anak-anak kecilpun tidak mau ketinggalan ikut berebut gunungan tumpeng makanan tersebut. Mereka saling berjejal, bahkan terlihat ada beberapa warga yang terjatuh, meskipun tidak mengalami luka.

Ketua Panitia Kirab Rajaban, Prabowo Sumiarto mengatakan tradisi kirab tersebut sudah dilakukan selama kurun waktu tujuh tahun terakhir. Bagi warga Protomulyo, kirab Rajaban itu merupakan tradisi turun temurun yang sudah berusia ratusan tahun.

“Oleh warga, tradisi ini dilakukan sebagai salah satu bentuk ungkap rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rizki. Serta untuk mempersatukan warga antar dusun maupun desa,” kata Prabowo, Senin (09/04).
Dijelaskan, kirab rajaban bukanlah ritual, namun merupakan tradisi keagamaan.

Dulu, rebutan tumpengan hanya dilakukan oleh anak-anak saja. Seiring waktu, orang dewasa ikut rebutan tumpengan. Warga yang hadir semua membawa bekal makanan. Lalu makanan yang dibawanya saling ditukarkan kepada warga lainnya.

“Dengan maksud, rizki yang telah Tuhan berikan kepada warga agar untuk saling berbagi supaya tidak ada sifat serakah. Manusia diwajibkan untuk saling tolong menolong,” jelas dia kepada Jateng Pos.

Diterangkan, disebut Rajaban Astana Kuntul Nglayang karena lokasi makam Pangeran Djuminah berada di perbukitan. Bila dilihat dari udara seperti burung Kuntul yang terbang.

“Kepala perbukitan terdapat makam Pangeran Djuminah, bagian dada makam Sunan Katong, sayap kanan makam Wali Musafak dan Kiai Mustofa, serta sayap kiri terdapat makam Kiai Asyhari atau Kiai Guru, sedang bagian ekor makam Pakuwojo,” terang Prabowo.

Hadir dalam acara itu antara lain anggota DPR RI Alamuddin Dimyati Rois (Gus Alam), Camat Kaliwungu Selatan Akhmadi, Kades Protomulyo Jumarno, dan tamu undangan lainnya. Gus Alam, sangat mengapresiasi tradisi yang diselenggarakan warga RW 1 tersebut. Warga, kata dia, mau merawat makam Pangeran Djuminah dan bahkan melakukan penanaman pohon.

Jika itu terealisasi, banyak manfaat yang bisa dirasakan warga, antara lain bisa mengurangi dampak banjir dan menjadikan makam tersebut sebagai wisata religi. “Keberadaan wisata religi tersebut, tentu bisa menopang perekonomian warga,” tuturnya.

Sementara itu, Laelatul Farikhah (46) warga RT 3 RW 1 Dukuh Protokulon mengatakan tradisi rajaban ini menunjukkan bahwa masyarakat Kaliwungu Selatan, khususnya Desa Protomulyo masih melestarikan peninggalan nenek moyang.

“Saya setiap tahun selalu mengikuti tradisi ini. Tak hanya dihadiri masyarakat sekitar, namun banyak warga dari luar daerah seperti Salatiga, Boyolali, dan Surakarta datang dan ikut meramaikan tradisi ini,” ujar perempuan yang mengaku asli Jawa Timur ini. (via/muz)



Popular

LAINNYA

Terkini