JATENGPOS.CO.ID. KENDAL– Meski tak mudah mendapatkan bahan baku di daerah sendiri, namun kerajinan sapu ijuk yang dibuat secara tradisional di Desa Ngadiwarno Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ini tetap eksis dan tak akan tergantikan oleh produk buatan pabrik.
Bahkan, kerajinan sapu ijuk di Desa Ngadiwarno ini mampu dan berani bersaing dengan produk serupa yang dibuat secara modern, sebab kualitasnya tetap terjaga dan harga juga terjangkau bagi kalangan bawah, menengah maupun atas.
“Kerajinan sapu ijuk ini produksinya memang kami buat secara manual dan tradisional. Namun, kualitasnya tetap kami jaga dan tidak kalah dengan sapu rayung dari bahan baku senar plastik yang lebih modern,” kata Mawarti (38) perajin sapu ijuk warga Desa Ngadiwarno Sukorejo ini.
Dia mengatakan hingga saat ini sapu ijuk produk desa setempat masih tetap digemari konsumen karena kualitasnya yang tetap baik dengan harga yang bervariasi dan relatif murah, antara Rp 5.000-Rp 10.500 per batang.
“Sapu ijuk produksi Desa Ngadiwarno harganya sangat murah dan terjangkau masyarakat, tetapi sapu-sapu modern yang dijual di toko-toko justru lebih mahal,” kata dia yang menekuni usaha kerajinan ekonomi kreatif itu sejak 2006, meneruskan usaha orang tuanya tersebut.
Permintaan pasar terhadap sapu ijuk buatannya itu, lanjut Mawarti, terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kemampuan produksi kerajinan rumah tangga itu, katanya, rata-rata 400 batang per hari.
“Produk sapu ijuk yang kami buat biasanya dikirim ke beberapa luar daerah untuk memenuhi pesanan dan permintaan. Diantaranya dipasok ke sejumlah daerah, seperti Malang Jawa Timur, Demak, Semarang, Cirebon dan Jakarta,” tandasnya. (via/adv/muz)