spot_img
28.8 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Riyono : Batalkan Kenaikan HET Pupuk Bersubsidi

JATENGPOS.CO.ID , SEMARANG  Berita sedih buat petani nasional kita, ditengah kondisi Pandemi yang semakin gawat. Lewat Peraturan Menteri Pertanian No. 49 Tahun 2020 tertanggal 30 Desember 2020, Pemerintah telah menetapkan harga baru HET beberapa jenis pupuk bersubsidi sektor pertanian. 

“Pemerintah sangat tidak peduli dan mengerti nasib petani, kontribusi petani tidak dihargai. Pertumbuhan sektor pertanian yang positif di 2020 dikasih kado pahit kenaikan HET Pupuk bersubsidi” kata Riyono Sekretaris FPKS DPRD Jateng 

Permentan 49/2020 disebutkan HET Urea yang semula Rp. 1800,- per kilogram telah dinaikan Rp. 450,- sehingga jadi Rp. 2250,- per kilogram nya. SP-36, yang semula HET nya. 2000,- per kilogram, kini naik Rp. 400,- sehingga menjadi Rp. 2400,- pet kiligram nya. 

ZA yang asal nya Rp. 1400,- naik Rp. 300,- sehingga menjadi Rp. 1700,- per kilogram. Organik granul naik sebesar Rp. 300,- per kilogram, yang semula Rp. 500,- menjadi Rp. 800,-. Sedangkan NPK tidak mengalami kenaikan HET. HET nya tetap Rp. 2300,- per kilogram.

Baca juga:  Turnamen Jee Yaa Club Ungaran Fokus Mencari Pebulutangkis Wanita

Kenaikan yang rata – rata diatas 30% membuat petani sangat terpukul dan bahkan akan menjerit karena akan semakin tidak terjangkau, serta semakin langka saat masa tanam tiba. 

“Apa alasan pemerintah menaikan HET Pupuk bersubsidi ditengah kondisi Pandemi? Petani adalah kelompok rentan di pedesaan yang hidupnya sangat tergantung dengan hasil produksinya. Harusnya bukan dinaikan, tetapi diberi subsidi langsung ke petani” tambah Riyono 

Kebijakan yang nyaris tidak terdengar ini tentu membuat petani akan semakin susah, demo di pusat dan daerah diakhir 2020 nampaknya tidak membuka mata hati pemerintah. 

“Batalkan Kenaikan HET Pupuk bersubsidi, kalau masih dijalankan akan mengancam produksi nasional dan bahkan kedaulatan pangan kita. Pak Gubernur harusnya berani menyampaikan usulan kepada Jokowi, Jateng adalah sentra produksi pangan nasional. Jika pupuk langka, petani jadi korbannya” tutup Riyono.(udi)

spot_img

TERKINI