UNGARAN. JATENGPOS.CO.ID- Panen perdana uji coba budidaya ikan nila sistem bioflok dilakukan Bupati Semarang H Ngesti Nugraha di halaman samping Rumah Dinas Bupati Jalan Ahmad Yani Ungaran, pekan lalu.
Diharapkan dari budidaya memanfaatkan lahan kosong di halaman Rumah Dinas ini menjadi percontohan pemberdayaan masyarakat.
“Saya mencoba budidaya ikan nila, ini uji coba perdana. Kita harapkan menjadi percontohan pemberdayaan masyarakat. Dinas Pertanian, Dana Desa, Dana Kelurahan, sebagian dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat. Diantaranya budidaya perikanan bioflok,” ujarnya kepada Jateng Pos di sela-sela panen perdana bersama staf Rumah Dinas dan masyarakat sekitar, pekan lalu.
Menurut Bupati, budidaya ikan sistem bioflok sangat prospek dikembangkan. Selain menghemat lahan, teknologi ini juga sangat hemat masa panen lebih cepat sekaligus dapat memilah dengan mudah ukuran ikan yang dipanen.
“Umur ikan baru 4 bulan sudah kita panen, hasilnya per kilogram berisi sekitar 4 – 5 ekor. Tentu hanya ikan ukuran besar yang kita panen. Sedangkan yang tanggung kita kembalikan dan pelihara lagi, satu bulan lagi kita panen lagi,” urai Bupati.
Budidaya perdana ini, Bupati membuat 2 kolam bioflok masing-masing berukuran 3 x 3 meter. Intensifikasi menggunakan tebar padat yakni per 1 meter kubik diisi sebanyak 180 ekor ikan nila. Sehingga dari satu kolam bioflok berisi sebanyak 1.000 ekor.
“Tebar padat tujuan kita untuk memaksimalkan kolam. Bagaimana kolam di lahan sempit ini dapat digunakan budidaya ikan dalam jumlah banyak. Harapan kita hasil panennya juga lebih maksimal. Dan, uji coba perdana inipun hasilnya cukup lumayan,” ungkapnya.
Selain itu keunggulan budidaya nila dengan bioflok, jelas Bupati, resiko kematian ikan nila sangat kecil dengan memasang aerator (gelembung oksigen dalam air, red). Kolam yang kecil sangat efektif memanfaatkan aerator untuk daya tahan ikan dan pertumbuhan lebih cepat.
“Oksigen dari aerator sangat dibutuhkan ikan nila untuk bernafas dan membuang gas busuk yang dapat meracuni ikan dalam kolam. Kinerja aerator lebih efektif karena kolam tidak seberapa luas, sehingga tingkat kematian ikan menjadi sangat minim,” jelasnya.
Secara estimasi, lanjut Bupati, hitungan keuntungan dari hasil panenannya ini dinilai masih cukup tipis. Kendalanya ada pada pakan karena murni menggunakan pelet dari pabrikan. Ongkos pembelian pakan dinilai sangat besar, karena itu dikhawatirkan jika harga ikan turun hasil keuntungan akan semakin kecil.
“Dari uji coba perdana ini kami mempunyai pemikiran bagaimana bisa membuat pakan secara mandiri untuk perikanan. Diupayakan dari bahan-bahan alami daun-daunan dan dedak atau lainnya, juga kotoran yang dihasilkan ikan dapat diurai lagi menjadi bakteri baik yang bagus untuk pakan ikan,” jelasnya.
Bupati juga berharap nantinya tidak hanya membuat pakan mandiri untuk perikanan, namun juga bisa membuat pakan sendiri untuk ternak bebek dan ayam. Keuntungan yang dihasilan peternak dapat lebih besar dan tentunya menjanjikan untuk dikembangkan semakin besar.
“Kami berharap adanya pemberdayaan ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi kalangan anak-anak muda milenial. Mereka tidak perlu memikirkan harus punya lahan yang luas, halaman belakang rumah yang tidak seberapa luas bisa untuk beternak. Bisa juga untuk pekerjaan sampingan atau menyalurkan hobi,” tandasnya.
Ditambahkan Bupati uji coba ini masih terus berlanjut, untuk sementara ini belum bisa dijadikan estimasi hasil usaha secara keseluruhan, karena masih ada sebagian ikan yang dibudayakan. Sedangkan, berawal tujuan untuk percontohan masyarakat ini, hasil panenannya juga dibagi-bagikan kepada masyarakat.
“Ikan yang kita panen langsung kita bagikan kepada masyarakat sekitar. Juga kita kirim ke tempat-tempat yang masyarakatnya membutuhkan. Semoga menjadi berkah dan ke depan dapat menghasilkan sistem intensifikasi tepat guna yang memberikan manfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (muz)