JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA– Bagi warga Salatiga nama jalan yang satu ini sudah tidak asing lagi, sudah sangat familier. Jalan yang menghubungkan antara Tamansari dengan Pasar Blauran. Membelah kampung Kalitaman dan Pancuran. Jalannya juga tidak terlalu panjang, kurang lebih 1 kilometer. Namanya Jalan Buk Suling.
Setiap nama kadang ada cerita atau sejarah sendiri, demikian halnya dengan nama Buk Suling. Nama-nama jalan biasanya diambilkan dari nama pahlawan, tokoh pewayangan, dan sebagainya. Nah ini ada nama jalan di Salatiga namanya Buk Suling. Mungkin warga Salatiga terutama yang generasi muda saat ini belum banyak yang tahu tentang cerita di balik nama Buk Suling.
Mengapa dinamakan Buk Suling ? Buk Suling terdiri dari dua suku kata yaitu Buk dan Suling. Buk sendiri merupakan tempat duduk jaman dulu yang terbuat dari semen atau cor, kalau tempat duduk yang terbuat dari bambu namanya lincak, sedangkan suling semuanya pasti sudah tahu, merupakan alat musik tiup.
Ada dua versi mengapa dinamakan Buk Suling, menurut versi pertama yang dikisahkan sesepuh Pancuran Soewardi ( 77), sejak ia tinggal di sekitar Buk Suling sejak tahun 1955 silam, jalan yang dulunya masih kecil, tidak selebar sekarang ini sudah disebut Buk Suling. Hal ini dikarena ada Buk yang bentuknya bulat panjang di kanan kiri, persis di atas selokan pembatas kanan kiri jembatan kecil. Saat ini buk berbentuk bulat itu sudah dibongkar dan diganti kotak. “ Buk biasanya kan bentuknya kotak, tapi ini bulat, mungkin karena bentuknya seperti suling, makanya disebut Buk Suling. Itu yang saya tahu. Saya dulu juga sering tanya ke orang-orang tua, juga tidak ada yang tahu pasti,” kata Soewardi yang dikenal ahli di bidang obat tradisional ini.
Versi lainnya menurut Rajimin (66) warga Kalitaman RT 01 RW 04 mengatakan, ia sejak kecil juga tinggal di sekitar Buk Suling. Dulu ada Buk di kanan kiri sebagai pembatas jembatan. Bentuknya Buk memang tidak kotak seperti saat ini. “ Bentuknya agak bulat, di bawah jembatan, ada buis beton untuk saluran air. Dulu jalan Buk Suling masih sepi dan tidak selebar seperti saat ini,” katanya.
Rajimin mensinyalir dinamakan Buk Suling, karena di Buk itu, sering dipakai istirahat seniman keliling ( pengamen) dengan alat musik suling.” Saya waktu itu masih kecil, ingat betul ada pengamen namanya Pak Roso, setelah keliling, istirahatnya selalu di Buk itu sambil memainkan alat musik sulingnya. Mungkin karena itu, warga menyebutnya Buk Suling hingga akhirnya dinamakan Buk Suling dan dijadikan nama jalan,” katanya. (deb)