spot_img
29.5 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Filosofi Atita, Atiki, Anagata Pada Malam 1 Sura Pura Mangkunegaran, Sinta Nuriyah dan Titiek Soeharto Ikuti Laku Topo Bisu

JATENGPOS.CO.ID, SOLO — Pura Mangkunegaran kembali menyelenggarakan hajad dalem Kirab Pusaka dalam rangka memperingati malam Tahun Baru Jawa 1 Sura Warsa Dal 1959. Lebih dari sekadar tradisi tahunan, kirab ini menjadi momentum sakral untuk kontemplasi, pengendalian diri, dan penyelarasan batin dalam menyongsong lembaran baru kehidupan.

Prosesi yang berlangsung khidmat pada Kamis malam (26/6) ini mencakup Kirab Pusaka dengan Laku Tapa Bisu, pembagian udik-udik (berkah Sura) kepada masyarakat, hingga semedi bersama di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran.

Dengan rute sejauh tiga kilometer, kirab diikuti oleh sekitar 1.000 peserta dan disaksikan lebih dari 10.000 masyarakat umum di area Pamedan, serta 1.000 tamu undangan yang hadir di dalam kompleks istana.

Kirab kali ini mengusung tema filosofis Jawa: Atita, Atiki, Anagata — yang bermakna masa lalu, masa kini yang disadari, dan masa depan. Tema ini dijelaskan oleh GRAj. Ancillasura Marina Sudjiwo, atau Gusti Sura, selaku Pengageng Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran.

“Kita mewujudkan Atita melalui refleksi diri atas apa yang telah dilakukan. Atiki dimanifestasikan dalam tapa bisu selama kirab sebagai bentuk kesadaran terhadap tindakan di masa kini. Dan Anagata direpresentasikan dalam semedi tengah malam yang penuh harapan akan masa depan,” ujar Gusti Sura.

Keunikan kirab tahun ini juga ditandai dengan instalasi seni di area Mangkunegaran berupa cermin, beton, dan rumput — yang menggambarkan manusia dalam kejujuran diri dan keterhubungan dengan alam.

Suasana sakral terasa kuat sepanjang jalannya kirab. Para peserta, baik pria maupun wanita, berjalan tanpa alas kaki dalam keheningan mutlak.

Para pria mengenakan kemeja hitam, kain batik tradisional, dan blangkon gaya Mangkunegaran dengan simpul pita khas. Sementara peserta wanita mengenakan kebaya hitam polos, jarik sogan motif Surakarta, serta rambut digelung tradisional dengan penyu hitam.

Kirab juga dihadiri sejumlah tokoh nasional dan publik figur, seperti Sinta Nuriyah Wahid (istri Presiden ke-4 RI), anggota DPR RI Titiek Soeharto, Menteri PUPR Dody Hanggodo, aktivis Yenny Wahid, mantan Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti, serta artis Tara Basro dan Sherina Munaf.

Rute kirab meliputi jalur Pura Mangkunegaran – Koridor Ngarsopuro – Jalan Slamet Riyadi – Jalan Kartini – Jalan R.M. Said – Jalan Teuku Umar – kembali ke Pura Mangkunegaran melalui Ngarsopuro. Prosesi ini dilaksanakan dalam keheningan penuh sebagai simbol perjalanan batin dan pelepasan energi lama menuju kesadaran baru.

Di akhir kirab, dilakukan pembagian berkah Sura berupa paket sembako kepada masyarakat. Menurut Gusti Sura, ini adalah bentuk kepedulian dan niat tulus Pura Mangkunegaran untuk terus berbagi dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

“Harapan saya untuk Sura tahun ini adalah agar semua yang kita lakukan membawa kebaikan, berjalan dengan lancar, dan kita semua bisa menep — mengendapkan diri — serta terus ingat jati diri sebagai manusia,” tutupnya.

Kirab 1 Sura di Pura Mangkunegaran kembali menjadi simbol kekuatan tradisi Jawa yang tidak hanya mempertahankan nilai spiritual dan budaya, tetapi juga menyatukan masyarakat dalam semangat kebersamaan, introspeksi, dan harapan.(dea)

spot_img

TERKINI