28.5 C
Semarang
Selasa, 26 Agustus 2025

Keluarga Iwan Boedi Gelar Misa Arwah 1000 Hari, Simbol Penantian Keadilan

JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Keluarga almarhum Paulus Iwan Boedi Prasetijo, PNS Bapenda Kota Semarang, yang ditemukan terbunuh dan hingga sekarang belum jelas siapa pembunuhnya, menyelenggarakan misa arwah peringatan 1000 hari wafatnya di Gereja St. Maria Fatima Banyumanik, Semarang.

Acara ini dipimpin langsung oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, dan turut dihadiri oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, dalam suasana yang khusyuk, sarat keheningan, dan pengharapan.

Yunanto AS selaku kuasa hukum kelurga Iwan Boedi mengatakan, kegiatan Misa tersebut, bukanlah sekadar ritual keagamaan atau bentuk penghormatan terakhir bagi almarhum.

“Sebaliknya, misa ini merupakan bagian dari rangkaian penghormatan yang akan terus menyusul di kemudian hari, selama kebenaran belum sepenuhnya diungkap dan keadilan belum benar-benar ditegakkan,” tegasnya, usai misa.

Lanjutnya, Misa ini adalah bagian dari ingatan kolektif yang menolak dilupakan.

“Dalam konteks sosial dan hukum, acara ini dapat dibaca sebagai simbol perlawanan sunyi sekaligus peringatan moral,” tandasnya.

Baca juga:  Dedongo Jadi Maskot Pilkada Kabupaten Semarang, Begini Artinya

Untuk diketahui, bahwa Iwan Boedi Paulus adalah seorang pegawai negeri sipil di Bapenda Kota Semarang yang, beberapa hari sebelum kematiannya, menerima surat panggilan resmi dari Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah untuk memberikan klarifikasi dalam penyelidikan dugaan tindak pidana korupsi terkait delapan bidang lahan fasum/fasos di Kelurahan Pesantren dan Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Surat panggilan itu dikirimkan melalui kantor tempat ia bekerja.

Namun, setelah menerima surat tersebut, ia menghilang dan tak lama kemudian ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, dalam kondisi tragis.

Dalam misa tersebut, dapat dimaknai sebagai perwujudan “menunggu keadilan”. Beberapa alasan mendasari pemaknaan ini:

1. Peringatan terhadap kelambanan penegakan hukum

Sudah 1000 hari berlalu tanpa ada penjelasan yang tuntas kepada publik. Negara belum menunjukkan langkah yang transparan dan bertanggung jawab dalam mengungkap motif maupun pelaku. Misa ini adalah suara diam dari keluarga dan masyarakat bahwa waktu tidak menyembuhkan ketika kebenaran disembunyikan.

Baca juga:  Jumlah Warga Miskin di Jawa Tengah Turun

2. Simbol keluarga dan masyarakat yang tidak melupakan

Keluarga tetap menjaga nama baik dan martabat almarhum. Peringatan ini adalah bentuk keteguhan hati bahwa keadilan tidak boleh tenggelam hanya karena waktu terus berjalan.

3. Pernyataan moral dari institusi keagamaan

Hadirnya Uskup Agung Semarang dan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ dalam misa ini merupakan pesan moral yang kuat bahwa isu ini menyentuh jantung nilai-nilai kemanusiaan dan iman. Gereja mengambil posisi untuk menyuarakan nurani dan kebenaran.

4. Pengingat bahwa negara belum selesai menunaikan tanggung jawabnya

Kewajiban negara bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga melindungi setiap warga negaranya dari ancaman nyata. Kegagalan tersebut, dalam konteks HAM, bukan sekadar kekurangan, tetapi pengabaian atas kewajiban konstitusional.

Selama kebenaran belum ditegakkan dan hak hidup yang dilanggar belum dipertanggungjawabkan, doa akan terus bersuara dan ingatan akan terus dijaga, demi Iwan Boedi Paulus, demi keadilan, demi kemanusiaan, dan demi martabat setiap warga negara. (ucl/jan)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya