JATENGPOS. CO. ID, DEMAK -Jalan pantura Sayung Demak yang selama ini viral banjir rob, akhirnya kering. Air yang berbulan-bulan menggenangi jalanan sudah tidak ada sama sekali.
Itu terjadi bukan tanpa sebab. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani rob dan banjir di Sayung Kabupaten Demak itu. Akhinrya membuahkan hasil. Air pasang yang biasanya melanda perkampungan dan mengakibatkan jalur pantura macet parah, kini telah surut. Bahkan kering.
Dari pantauan di lapangan, Kamis 24 Juli 2025 perkampungan di Desa Sriwulan dan Sayung sudah tidak lagi tergenang air. Jalan-jalan sudah kering dan aktivitas warga berlangsung normal. Begitu pula dengan jalur pantura yang biasa macet hingga mengular berkilometer, kini telah lancar tanpa ada kepadatan.
Kondisi itu membuat para pengguna jalan lega. Selain tidak terhambat macet, juga tidak khawatir terhadap kerusakan kendaraan akibat air asin.
Habib, warga Kudus, mengaku senang karena perjalanannya ke Semarang tidak lagi dihadang air rob di wilayah pantura Sayung. Ia bersama istri dan balitanya merasakan kenyamanan dalam perjalanan kali ini.
“Ya senang karena sudah tidak kena macet. Tidak ada rob lagi,” katanya, Kamis siang (24/7/2025).
Seminggu sekali ia melakukan perjalanan ke Semarang dan melintasi pantura Sayung. Ia mengaku kali ini tidak lagi was-was kendaraannya rusak karena air asin.
“Jadi lancar. Saya tidak lagi mikir khawatir perawatan kendaraan, karena air rob bisa bikin karatan,” lanjutnya.
Habib mengapresiasi langkah dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam penanganan rob di Sayung. Salah satunya dengan adanya pompanisasi.
“Saya rasa upaya pompanisasi itu maksimal, sehingga tidak ada lagi genangan,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan Ali Warsisdi, sopir truk, yang tenang saat melintas di pantura Sayung tanpa ada kemacetan dan air rob yang tinggi. Bagi pengguna jalan, terutama sopir armada angkut kondisi lancar tanpa rob adalah harapan besar.
“Ya senang karena tidak ada lagi rob. Harapannya kondisinya begini terus,” ucapnya.
Bukan hanya jalan Pantura, pompanisasi juga menjadi solusi bagi warga Dusun Lengkong, Desa Sayung, yang sudah berbulan-bulan hidup dikepung banjir. Kali ini, air benar-benar surut dan aktivitas warga normal.
Nasekha, warga Dusun Lengkong, mengatakan, sudah sepekan air banjir surut dan kering. Kondisi itu membuatnya lega dan bisa hidup lebih nyaman.
“Banjir itu sudah sejak enam bulan lalu, tapi sekarang sudah kering, ya sekitar satu minggu,” paparnya.
Ia menceritakan, selama banjir, ia dan warga yang lain hidup tidak tenang. Bahkan untuk tidur saja susah dan harus membuat papan-papan kasur yang lebih tinggi. Bahkan sebagian lagi terpaksa mengungsi ke rumah kerabat.
“Kalau tidur ya bikin tempat yang lebih tinggi biar tidak kena air. Dan kaki ini juga kena penyakit kulit karena setiap hari kena air,” ungkapnya.
Namun sejak ada pompanisasi yang tiap hari beroperasi untuk menyedot air, akhirnya banjir itu berakhir.
“Alhamdulillah sudah kering. Terima kasih Pak Luthfi dan Gus Yasin karena bantuan pompa,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah, Henggar Budi Anggoro, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa pihak untuk melakukan penanganan rob di Sayung.
Sejak 25 Mei 2025, Pusdataru bersama sejumlah OPD di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah turun tangan untuk menangani air rob tersebut. Salah satunya adalah pompanisasi.
“Kami kerahkan 12 mesin pompa dengan kapasitas maksimal. Itu kerja sama dari beberapa pihak. Pompa itu ditempatkan di sejumlah titik dengan menyedot dan mengalirkan air ke Sungai Babon dan Sungai Dombo,” ujarnya saat mengecek mesin pompa di Sayung.
Menurutnya, pompa-pompa tersebut berkerja dengan baik yang dioperasikan petugas selama 24 jam siaga.
“Dan Alhamdulillah sekarang hasilnya sudah bisa dirasakan masyarakat. Airnya surut dan tidak ada genangan,” terangnya.
Meski telah surut, Henggar menambahkan, mesin pompa dan operatornya masih disiagakan untuk menjaga kewaspadaan jika air rob kembali naik.
“Tetap kita siagakan untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Bahkan nanti jika ada rob lagi, kita siap menambah pompa lagi,” tegasnya.
Cerita Haru
Di balik keberhasilan penanganan rob di Sayung, ada cerita haru dari para operator mesin pompa. Ia harus bekerja dan siaga selama 24 jam, bahkan harus tidur di tenda seadanya dengan menyimpan rasa rindu keluarga.
Sofi’i menceritakan, ia jarang pulang ke rumah meski tempatnya masih bisa terjangkau dengan kendaraan. Ia memilih untuk bekerja sebagai operator mesin pompa di Dusun Lengkong. Niatnya, membantu masyarakat untuk bisa hidup nyaman dan terhindar dari kepungan banjir.
“Saya tidak pernah libur. Kerja di sini selama 24 jam penuh untuk menghidupkan mesin pompa,” katanya.
Usaha itu tidak lain hanya untuk kepentingan orang banyak. Ia rela tidak pulang dan tidur di tenda seadanya.
“Tidur di tenda banyak nyamuk. Kalau kangen keluarga saya video call saja. Yang penting warga sini bisa hidup nyaman,” ucapnya.
Sama halnya Andrian, operator lain harus mengurangi jatah waktu tidurnya untuk memastikan pompa air bekerja dengan baik.
“Kalau malam tidurnya berkurang, subuh sudah bangun mengurusi pintu air dan menyalakan mesin pompa,” terangnya.
Ia bersyukur apa yang telah dilakukan bersama rekan-rekannya membuahkan hasil. Banjir telah surut, warga kembali nyaman dan tenang.
“Banyak dukanya tapi sekarang senang karena sudah tidak banjir lagi,” tandasnya. (ucl)