JATENGPOS.CO.ID SEMARANG – Dalam semangat mempererat kerukunan dan persatuan bangsa, Yayasan Temen Tinemu Temenanan menggelar kegiatan Seminar Wawasan Kebangsaan bertajuk “Kerukunan Berbangsa Melalui Tarian Baris Indonesia” di Hotel Siliwangi Kota Semarang, Rabu (13/8/2025).
Diikuti oleh ratusan peserta dan pengurus Perkumpulan Olahraga Tarian Baris Indonesia (POTBI) Jawa Tengah, kegiatan ini memiliki tujuan untuk memperkuat kerukunan berbangsa melalui olahraga tarian baris Indonesia.
Kegiatan yang semarak ini dimulai dengan pertunjukan tarian baris. Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa seni budaya, khususnya tarian, tetap menjadi perekat yang ampuh dalam merawat persatuan Indonesia.
Ketua Yayasan Temen Tinemu Temenanan, Tri Winarti, atau yang akrab disapa Mbak Wina di depan ratusan peserta seminar, menjelaskan, kegiatan ini tidak hanya bertujuan semata untuk olahraga, tetapi juga sebagai sarana memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat yang beragam.
“Melalui tarian baris, kami ingin mengajak masyarakat untuk merasakan kembali nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, dan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa,” kata dia, dalam sambutannya.
Menurut dia, hal ini bukan hanya tentang gerakan tari, tetapi tentang menyatukan langkah dalam satu irama yang sama, seperti halnya kita hidup berdampingan dalam keberagaman.
Tarian baris, yang memiliki akar budaya kuat di berbagai daerah di Indonesia, bisa menjadi medium penghubung antarindividu dan komunitas. Dengan ritme yang dinamis dan kolaboratif, tarian ini dinilai mampu memperkuat solidaritas sosial.
Ketua Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Jawa Tengah, Edi Purwanto menekankan, olahraga masyarakat bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga alat strategis untuk memperkuat persatuan dan kerukunan.
“Dengan mengembangkan olahraga masyarakat, kita menghidupkan budaya gotong royong, rasa persaudaraan, dan memperkuat ketahanan sosial bangsa,” ungkap dia.
Sementara Ketua Perkumpulan Olahraga Tarian Baris Indonesia (POTBI) Jawa Tengah, Kadartiastusi, menekankan pentingnya peran instruktur. Menurut dia, instruktur bukan sekadar pengajar gerak, tetapi juga menjadi agen pemersatu dalam komunitas.
“Melalui pendekatan yang inklusif, instruktur bisa menjadi jembatan antar kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang, mempererat persaudaraan, dan membangun pemahaman bersama,” jelas dia. (sgt)