32 C
Semarang
Selasa, 21 Oktober 2025

Taj Yasin di Hari Santri 2025: Pesantren Harus Ramah Anak-Perempuan dan Anti Bullying

JATENGPOS.CO.ID,  KUDUS – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menghadiri Sarasehan Hari Santri 2025 yang mengusung tema “Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan: Menuju Pesantren Aman dan Sehat”, di Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin Bendan, Kudus, Selasa 21 Oktober 2025.

Kegiatan ini menjadi pembuka rangkaian peringatan Hari Santri tingkat Provinsi Jawa Tengah yang tahun ini dipusatkan di Kabupaten Kudus. Setelah sarasehan, acara dilanjutkan dengan peresmian Pameran Produk Unggulan UMKM di kawasan Simpang Tujuh Kudus.

Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Kudus Sam’ani Intakoris, Wakil Bupati Kudus Belinda Birton, Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Nawal Arafah Yasin, OPD terkait, para kiai, nyai, dan pengasuh pesantren serta santri dan santriwati di Kabupaten Kudus.

Dalam kesempatan itu, Yasin menekankan pentingnya menjadikan pesantren sebagai lingkungan yang ramah anak dan ramah perempuan. Ia menyebut bahwa kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan masih menjadi masalah serius di berbagai daerah, termasuk di lembaga pendidikan.

“Kekerasan terhadap perempuan dan anak masih menjadi masalah serius, termasuk di lingkungan pendidikan. Karena itu, kegiatan seperti ini penting sebagai bentuk kepedulian bersama,” tegasnya.

Ia juga mengapresiasi peran Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, yang sejak beberapa tahun terakhir telah menginisiasi program Pesantren Ramah Anak dan Ramah Perempuan.

Menurutnya, beberapa pesantren di Jawa Tengah telah mendeklarasikan diri sebagai lembaga ramah anak, dan diharapkan Ponpes Roudlotuth Tholibin menjadi salah satunya.

“Alhamdulillah, beberapa pesantren sudah mendeklarasikan diri, dan Insyaallah setelah kegiatan ini, Ponpes Roudlotuth Tholibin juga akan ikut mendeklarasikan sebagai pesantren ramah anak dan perempuan,” ucapnya.

Baca juga:  Polda Jateng Periksa 13 Orang Dugaan Kasus Korupsi Dana Aspirasi di Tiga Kabupaten

Yasin juga menyinggung nilai-nilai Islam yang mengajarkan kasih sayang dan perlindungan terhadap perempuan serta anak-anak. Ia mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW menunjukkan kasih sayang kepada cucunya Hasan dan Husain.

“Rasulullah sering mencium cucunya di depan para sahabat. Ketika ada sahabat berkata tidak pernah mencium anaknya, Rasulullah menjawab, ‘Barang siapa tidak menyayangi, maka Allah akan mencabut kasih sayang dari hatinya.’ Dari sini kita belajar bahwa pesantren harus menjadi pelopor pendidikan yang penuh kasih sayang dan menghormati perempuan serta anak-anak,” ujar Yasin.

Namun, ia juga mengingatkan masih ada pekerjaan besar untuk memastikan lingkungan pesantren benar-benar aman. Berdasarkan data DP3AP2KB Jawa Tengah, pada tahun 2024 tercatat 1.349 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan hingga Juli 2025 sudah ada 867 kasus.

“Kalau dipresentasikan terhadap jumlah santri di Jawa Tengah, angkanya kecil, sekitar nol koma sekian persen. Tapi sekecil apa pun tetap harus jadi perhatian,” tegasnya.

Ia menilai, pesantren kini berada dalam sorotan publik dan harus mampu membuktikan bahwa lembaga ini bukan tempat kekerasan, tetapi tempat pendidikan karakter dan moral yang kuat.

“Kita tidak perlu marah pada pemberitaan atau isu miring tentang pesantren. Tunjukkan dengan tindakan nyata bahwa pesantren justru melahirkan generasi yang disiplin, berakhlak, dan penuh kasih sayang,” kata Gus Yasin.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti peran penting guru dan pengasuh di pesantren. Menurutnya, mereka adalah pendidik sejati yang tidak hanya mengajar, tetapi juga hidup bersama santri selama 24 jam.

Baca juga:  Dampingi Kapolri Silaturahmi ke Ulama dan Habib di Semarang, Taj Yasin Imbau Masyarakat Terus Jaga Kerukunan 

“Di pesantren, guru tidak hanya mengajar lewat kitab, tapi juga memberi teladan dalam akhlak dan kehidupan sehari-hari. Ini keunggulan pesantren yang tidak dimiliki pendidikan umum,” tuturnya.

Yasin menambahkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat kerja sama dengan lembaga keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah untuk mendukung program pesantren ramah anak dan perempuan.

“Kami berhati-hati dalam menjalankan program ini, karena tidak semua pesantren langsung terbuka dengan lembaga luar. Tapi Alhamdulillah, melalui dialog dan pendekatan dengan organisasi keagamaan, program ini berjalan dengan baik,” ucapnya.

Menutup sambutannya, Yasin menyampaikan rasa syukur karena Jawa Tengah kini menjadi salah satu provinsi percontohan nasional dalam bidang perlindungan anak dan perempuan di lingkungan pesantren.

“Alhamdulillah, lewat kerja sama antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat, Jawa Tengah kini menjadi rujukan nasional. Saya berharap Kudus bisa menjadi pionir yang menginspirasi daerah lain,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas penunjukan wilayahnya sebagai lokasi puncak acara peringatan Hari Santri 2025 tingkat provinsi.

“Kita berharap Kudus selalu menjadi daerah yang damai, aman, dan tenteram, dengan pesantren-pesantren yang terus melahirkan santri-santri yang tidak hanya pintar ngaji, tetapi juga cerdas secara intelektual. Semoga dari kegiatan ini kita dapat menyerap ilmu yang bermanfaat dan menambah semangat keagamaan di lingkungan pesantren,” ucapnya. (jan)


TERKINI


Rekomendasi

...