26 C
Semarang
Minggu, 14 Desember 2025

Dosen dan Mahasiswa Diingatkan AI Hanya Sekadar Mesin Bantu Manusia

JATENGPOS.CO.ID, PURWOREJO – Kecerdasan buatan (AI) tidak lagi sekadar alat teknologi, tetapi kini mulai menjadi mitra baru dunia akademik.

Hal itu mengemuka dalam Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Berbantuan Kecerdasan Artifisial yang digelar di Kabupaten Purworejo, Sabtu (25/10/2025).

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang. Pelatihan diikuti oleh puluhan dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam.

Hadir Anggota DPR RI Komisi VIII Wibowo Prasetyo, Dekan FITK UIN Walisongo Fatah Syukur, Ketua PCNU Kabupaten Purworejo Muhammad Haekal, dan Ketua LPT NU PCNU Kabupaten Purworejo M. Djamal.

Wibowo mengatakan, AI harus ditempatkan sebagai asisten akademik yang membantu peneliti dan penulis, bukan sebagai pengganti manusia.

Menurutnya, kemampuan AI yang luar biasa tetap tidak dapat menggantikan nilai reflektif dan empati yang hanya dimiliki manusia.

“AI bisa menulis dengan cepat, tapi tidak bisa berpikir dengan hati. Ia bisa menyusun kalimat, tapi tidak bisa menyusun makna hidup,” ujar Wibowo.

Baca juga:  Tinjau Banjir di Genuk, Agustina Wilujeng Optimalkan Pompa dan Dirikan Dapur Umum

Ia menjelaskan bahwa menulis karya ilmiah bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga latihan berpikir kritis dan jujur.

Dalam dunia akademik, karya tulis ilmiah merupakan jejak intelektual. “AI mempercepat proses menulis, tapi tidak boleh memperpendek kedalaman berpikir,” tegasnya.

Dalam paparannya, Wibowo memperkenalkan sejumlah aplikasi AI yang dapat membantu peneliti, seperti ChatGPT, Gemini, Deepseek, Scite.ai, ResearchRabbit, dan lain-lain.

AI tersebut, lanjutnya, dapat digunakan untuk menemukan ide penelitian, membuat kerangka tulisan, menyunting gaya bahasa, serta menelusuri referensi yang relevan.

Namun, ia mengingatkan agar pengguna tidak sepenuhnya bergantung pada hasil mesin.

Ia menekankan pentingnya etika akademik dalam pemanfaatan AI, yang meliputi transparansi, kejujuran, dan sikap kritis.

Menurutnya, pengguna harus jujur bila menggunakan bantuan AI dan selalu melakukan verifikasi terhadap referensi atau kutipan yang muncul.

“Mesin AI seringkali salah dan berhalusinasi. Karena itu, kontrol manusia tetap mutlak. Makanya semua harus diverifikasi ketat,” jelasnya.

Baca juga:  Panen Raya Tembakau, Ganjar Sidak Temukan Gudang PT Djarum Kosong

Wibowo mengutip pemikiran Martin Heidegger, filsuf Jerman. Heidegger memandang teknologi bukan sekadar alat, tetapi cara manusia menyingkap dunia.

“Kemajuan teknologi tidak bisa ditolak, apalagi dilawan. Tapi kita harus bisa memastikan bahwa teknologi membantu kita dan tidak mengambil alih kemanusiaan kita,” tandasnya.

Pelatihan berlangsung dalam suasana cair dan interaktif.

Sejumlah ice breaking diselipkan Wibowo agar peserta tidak jenuh, salah satunya permainan “tebak tulisan AI atau manusia” yang mengundang tawa dan rasa ingin tahu peserta. Para peserta diminta menebak paragraf mana yang ditulis manusia dan mana yang dihasilkan AI.

“Kereeen. Teman-teman semua bisa menebak dengan benar, ini karena tulisan manusia lebih hidup,” ungkap Wibowo, legislator PDI Perjuangan Dapil Jawa Tengah VI.

Menutup kegiatan, ia menyatakan AI mungkin bisa menulis berjuta kata dalam sekejap “Tapi hanya manusia yang bisa menulis dengan air mata,” cetusnya.(biz)



TERKINI


Rekomendasi

...