JATENGPOS.CO.ID, YOGYAKARTA- Tantangan ganda dalam mengelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) seperti rumah sakit (RS)—yakni mengejar pendapatan tanpa mengesampingkan fungsi pelayanan publik—menjadi sorotan Komisi C DPRD Provinsi Jateng ke Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Pada Rabu (3/12/2025), Komisi C berkunjung ke RS. Jiwa Grhasia dan RS. Paru Respirasi milik Pemprov DI. Yogyakarta.
Tujuannya, menggali strategi bagaimana RS milik pemerintah dapat meningkatkan pendapatan secara signifikan. Di sisi lain, tetap menjaga kualitas layanan sosial bagi masyarakat.
Sekretaris Komisi C, Anton Lami Suhadi, dalam pertemuan tersebut mempertanyakan formulasi yang tepat agar rumah sakit pelat merah tidak terjebak pada komersialisasi semata.
“Bagaimana rumah sakit pemerintah ini masih tetap mengejar pendapatan namun tidak meninggalkan tugas pelayanan,” tegas Anton di hadapan jajaran direksi kedua rumah sakit dan Sekretaris Dinas Kesehatan DI. Yogyakarta Setyo Harini.
Merespons hal tersebut, Sekretaris Dinas Kesehatan DI. Yogyakarta Setyo Harini memaparkan bahwa kunci keberhasilan terletak pada penguatan tata kelola keuangan yang berjalan beriringan dengan standar pelayanan. Menurut dia status BLUD memberikan fleksibilitas yang harus dimanfaatkan untuk responsivitas fasilitas.
”Peningkatan pelayanan harus berjalan seiring dengan penguatan tata kelola keuangan BLUD. Dengan kemandirian pengelolaan keuangan, RS dapat lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan lebih fleksibel dalam peningkatan fasilitas,” ujar Setyo.
Ia menekankan akuntabilitas tetap menjadi prioritas utama. Pemerintah DI. Yogyakarta pada tahun ini telah menerapkan sistem pelaporan keuangan berbasis aplikasi, dan audit internal berkala. Juga, pelatihan intensif bagi unit-unit terkait di RS.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur RS Paru Respirasi dokter Tri Setiana membagikan kisah sukses instansinya. Hingga November 2025, RS berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 11 miliar, memenuhi target tahunan sebelum tahun berakhir.
Strategi ‘jemput bola’ yang diterapkan, antara lain pendekatan faskes tingkat I yakni tim RS langsung mendatangi klinik dan puskesmas untuk memperkuat jejaring rujukan. Selanjutnya, sosialisasi edukatif dengan melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah (SMA/SMK) di Yogyakarta terkait kesehatan paru.
”Tahun ini target kami terpenuhi. Rencana ke depannya, kami akan menyediakan 240 tempat tidur, dari yang awalnya hanya 25 tempat tidur,” papar Tri.
Sementara, Direktur RS. Jiwa Grhasia DIY. Yogyakarta dokter Akhmad Akhadi menyoroti dukungan ‘Dana Istimewa’ sebesar Rp 20,6 miliar yang diterima pada 2025. Dana itu didukung dengan inovasi layanan berbasis digital.
”Kami punya aplikasi bernama Grhasia Sadewa. Aplikasi tersebut digunakan untuk penjemputan dan pemulangan pasien dari berbagai lokasi agar dapat bergerak cepat dan tepat,” jelas dokter Akhmad.
Menariknya, doktee Akhmad menyebutkan optimisme tinggi untuk masa depan. “Target pendapatan dana BLUD 2026 sebesar Rp 700 miliar. Pendapatan dana kita tidak ditarget secara kaku oleh Pemerintah DI. Yogyakarta tapi kami memiliki target internal yang kuat,” pungkasnya. (nif/muz)









