JATENGPOS.CO.ID, SUKOHARJO – Sebanyak 23 Polwan Polres Sukoharjo yang bertugas di bidang pelayanan publik melakukan pelatihan bahasa isyarat.
Pelatihan bersama Yayasan SLB ABC Tawangsari Sukoharjo, dengan dua orang pelatih bernama Wirahayu dan Diah.
“Pelatihan ini untuk melengkapi ketrampilan dalam berkomunikasi dengan banyak pihak, memudahkan komunikasi dengan warga yang mengalami Tuna Rungu.” Kata Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Jumat (20/8/2021).
Kapolres mengungkapkan, pelatihan tahap awal ini diikuti anggota Polwan berpangkat Bripda dan Briptu, diharapkan mereka mampu menguasai berbagai jenis komunikasi untuk menunjang kinerja kepolisian.
“Polri sebagai pelindung, pelayan, dan pengayom masyarakat harus dapat menjalin komunikasi dengan seluruh lapisan dari berbagai elemen,” kata Kapolres.
Dalam hal memudahkan penyampaian semua berita atau Informasi yang disampaikan agar dapat dipahami, maka pelatihan bahasa isyarat menjadi penting.
Pelatihan bahasa isyarat disebutkan, juga merupakan salah satu implementasi dari Road Map program prioritas Kapolri untuk transformasi menuju Polri yang Presisi.
Mengutip survey yang dilakukan Ethnologue, terdapat 2000 pengguna Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), sedangkan hasil sensus Departemen Kesehatan pada tahun 1996 di 7 provinsi, menunjukkan sekitar 0,4% warga Indonesia mengalami tuli dan 16,8 % mengalami gangguan pendengaran.
“Jika persentase ini masih sama dengan saat ini, maka terdapat sekitar 1 juta warga Indonesia mengalami ketulian dan 43,8 juta mengalami gangguan pendengaran,” ujarnya.
Selain itu, data WHO pada tahun 2001 menunjukkan, setidaknya 5.000 bayi tuli lahir di Indonesia setiap tahunnya.
“Merujuk pada data tersebut, maka dengan menguasai bahasa isyarat, diharapkan Polwan menjadi lebih peduli dan sensitif terhadap suasana sekitar terutama terhadap masyarakat yang tuna rungu,” sambungnya.
Kapolres berharap, nantinya Polwan Polres Sukoharjo lebih peka terhadap ekspresi wajah serta gerakan tubuh orang lain.
Dari pelatihan ini, Polwan bisa mengetahui kesulitan serta perjuangan para tuna rungu dan aktivitasnya untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif,” tandasnya. (Dea)