JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Desa Wonosari, Gondangrejo, Karanganyar, menyimpan kekayaan pengetahuan dunia keris yang merupakan warisan adiluhung bangsa yang sudah diakui UNESCO karena berdiri sebuah Musium Keris bernama Brojobuono.
Sebuah bangunan modern dengan arsitektur Jawa itu berdiri megah di dalam perkampungan yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Di sana koleksi ratusan keris yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, musium milik Basuki Teguh Yuwono yang juga seorang empu dengan kepiawaian membuat keris.
Ketua DPD Partai Golkar Karanganyar, Ilyas Akbar Almadani berkesempatan menyambangi musium keris yang didirikan pria kelahiran 11 September 1976 ini. Saat mengunjungi musium Brojobuono, putra semata wayang Bupati Karanganyar Juliyatmono ini tak hanya melihat koleksi keris milik Basuki yang tersusun rapi di rak kaca. Ia melihat langsung sebuah keris berukuran cukup besar yang bahannya diambilkan dari lahar gunung Merapi yang meletus hebat pada tahun 2010 lalu. “Ki Naga Minulya” begitu keris itu disebut.
Usai melihat koleksi keris milik Basuki, Ilyas yang didampingi Wakil Ketua DPD Partai Golkar sekaligus Wakil Ketua Komisi C DPRD Karanganyar Suwarni melihat langsung Bengkel pembuatan keris yang di sebut Besalen.
Besalen itu sendiri merupakan sebuah tempat untuk menempa dan membuat keris. Kain putih yang dikenakan menjadi tanda bahwa membuat keris harus diawali dengan niatan hati yang suci bersih.
Di sini, Ilyas pun bertemu langsung dengan para pembuat keris. Para pembuat keris ini menggunakan pakaian putih layaknya empu yang hidup pada jaman lampau.
Kain putih yang dikenakan menjadi tanda bahwa membuat keris harus diawali dengan niatan hati yang suci bersih. Sebagai tanda penghormatan, para empu ini pun membuatkan sebuah keris untuk Ilyas. Keris yang dibuatkan ini bernama Keris Amangkurat Mangkunegara.
Sebelum proses pembuatan Keris Amangkurat Mangkunegara, dilakukan terlebih dahulu ritual pembuatan keris yang pernah dilakukan para empu terdahulu.
Beragam sesaji digelar. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah serangkaian prosesi dilakukan, barulah prosesi pembuatan dimulai.
Menandai pembuatan, Ilyas mendapatkan kehormatan menuangkan pasir besi yang dicampur dengan nikel dan dipanaskan kedalam tempat yang telah disiapkan.
Selanjutnya para empu itu pun menempa cairan panas yang sudah mengeras hingga menjadi satu bagian yang disebut pamor keris.
Usai melihat langsung pembuatan Keris Amangkurat Mangkunegara yang dihadiahkan pada dirinya, Ilyas mengatakan prosesi Babar di Malam 17 Januari 2022, Malam Purnama Ageng ini sebagai bentuk merawat dan melestarikan budaya leluhur.
“Jangan memandang keris sebagai sesuatu yang mengarah ke hal negatif dan memiliki unsur yang kurang baik. Pandanglah keris menjadi karya cipta adi luhung yang mampu menunjukkan tingkat peradaban,”papar Ilyas, Senin 17 Januari 2022 malam.
Menurut Ilyas memahami keris memang tidak dapat dilakukan hanya dengan memandangnya sebagai senjata, apalagi aspek mistis semata. Memahami keris adalah menyelami alam pikir masyarakat Jawa.
“Alam di mana fungsi, estetika, dan simbol – simbol akan nilai-nilai kehidupan ditempa menjadi satu,”ujar Ilyas.
Keris Amangkurat Mangkunegara
Prosesi Penempaan Keris Amangkurat Mangkunegara dilakukan langsung oleh Empu Basuki. Menurutnya, Keris yang akan dipakai oleh Ilyas Akbar Almadani ini di tempa di Malam Purnama Agung tepat pada 17 Malam Januari 2022/ pada 15 Jumadil Akhir 1443 Hijriyah pada kalender Islam dan 13 Jamadilakir 1955 Senin Pon pada kalender Jawa.
“Mangkurat berasal dari kata mangku, yang artinya menopang. Mangkunegara, berarti sebuah wilayah beserta segala isinya yang tumbuh di atasnya. ‘Negara titi tentrem, nagari ingkang panjang punjung pasir wulir loh jinawi gemah ripah karta tur raharja’,” ungkapnya.
Disebutkan ada 8 dharma, yaitu Hanguripi, hangrungkebi, hangruwat, hanata, hamengkoni, hangayomi, hangurubi, hamemayu. Dan dalam Dhapur Keris Amangkurat Mangkunegara, tersirat makna simbolik. Dhapur Keris Amangkurat Mangkunegara jika diamati di bawah sinar matahari tampak sembur emas yang kekuning-kuningan. Orang menyebutnya dengan malela kendaga. (yas)