JATENGPOS.CO.ID, GROBOGAN – Fenomena Joko Kendil, pria musyafir di Pantura yang diberitakan berjalan naik macan putih, membuat Slamet (73), orang tuanya angkat bicara.
Ditemui di rumahnya di RT 04/RW02, Dusun Ngramut, Desa Menduran, Kecamatan Brati, Kab Grobogan, Slamet berbicara siapa sosok Joko Kendil yang sebenarnya.
“Joko Kendil yang ramai itu, adalah anak saya. Dia aslinya lahir di Grobogan sini. Dia anak terakhir dari tiga anak saya,”kata Slamet, kepada JatengPosTV, Jumat (14/Oktober/2022).
Menurutnya, Joko Kendil nama aslinya Sudar. Karena pernah berkelana dari satu guru ke guru lain, dari makam ke makam lain lelaku Sunan (Sunan Kalijogo), maka sering disebut Mbah Kusnan alias Kusnan.
“Nama kecilnya Sudar, lalu punya julukan Kusnan setelah lelaku Sunan. Lha sekarang menjadi Joko Kendil itu saya tidak tahu, mungkin nama pemberian gurunya,”kata Slamet, yang sehari-hari mencari rosok ini.
Menurutnya, sejak kecil Sudar memang sudah kelihatan seperti anak bodoh. Sekolahnyapun tidak lulus. Hanya sampai kelas tiga SD. Sampai sekarangpun tidak bisa membaca.
“Gurunya sampai gak mau dibayar, karena Sudar tidak bisa membaca,”imbuhnya.
Tetapi, Sudar kecil hingga dewasa suka ke mushola atau masjid kampung. Rajin sholat. Rajin mengaji dan ziarah ke makam-makam. Setelah dewasa sering ngelamun. Kerjanya cuma diam, tidur, makan dan main keluar rumah.
“Kalau pergi sampai berhari-hari tidak pulang. Dia sering ngamen (minta-minta) di jalanan,”kata Slamet.
Meski begitu, Sudar alias Joko Kendil setelah dewasa pernah menikah dua kali di Grobogan. Dengan istri pertama punya satu anak sekarang usia SMA, tetapi akhirnya cerai. Yang kedua meninggal tetapi belum sampai punya anak.
“Setelah isteri kedua meninggal itulah, Sudar seperti depresi. Lalu pergi entah kemana hingga sekarang,”jelas Slamet.
Sudah dua tahun ini, Joko Kendil tidak pulang ke rumah. Slamet pernah mencarinya beberapa kali tetapi tidak ketemu.
“Saya pernah mencari sampai ke Kudus dan Demak. Tetapi tidak ketemu, ya sudah akhirnya saya putus asa. Tahu-tahu sekarang viral, oh ternyata masih hidup,”tambahnya.
Sebelum pergi jauh tersebut, Sudar yang pernah berubah nama menjadi Kusnan, pernah menjadi dukun di Grobogan.
“Karena pernah dianggap orang pintar, dulu pernah mituwo (jadi dukun). Kalau ada orang sakit dikasih bobokan. Tapi dukunya gagal. Lalu nyoba lagi yang kedua, tapi gagal lagi. Apa mungkin karena gagal itu, terus malu pulang ke rumah,”jelas Slamet.
Slamet sendiri mengaku sudah tidak begitu berharap sama Joko Kendil. Dia hanya mendoakan kalau memang mau pulang ya lebih baik. Kalau tidak ya tidak apa-apa. Yang penting masih hidup.
“Saya tidak punya harapan apa-apa. Saya makan bisa cari sendiri dengan jual rosok. Tapi sandainya mau pulang, jadi dukun lagi untuk nambani (nyembuhin) orang-orang akan lebih baik,”tambahnya.
Akibat mikir perginya Joko Kendil, isteri Slamet akhirnya meninggal. “Ibunya ikutan mikir sampai sakit lalu meninggal,”katanya.(jan)