Kasus Leptospirosis Klaten Tertinggi di Jateng

Enam Meninggal Dunia

Gropyok Tikus: Petani melakukan gropyokan tikus di sawah untuk mencegah leptospirosis. Foto: Cahya Indrawan/Jatengpos

JATENGPOS.CO.ID,  KLATEN – Jumlah kasus leptospirosis di Klaten menempati urutan pertama di Jawa Tengah. Hingga November 2022, sudah ditemukan 78 kasus leptospirosis yang tersebar dibeberapa kecamatan. Dari jumlah tersebut, enam orang dilaporkan meninggal dunia.

“Kasusnya tersebar dibeberapa kecamatan. Terutama di wilayah kebun basah dan persawahan. Memang ada peningkatan temuan kasus, mungkin karena dampak musim hujan,” kata Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bersumber Binatang Dinas Kesehatan Klaten, Wahyuning Nugraheni, Jumat(25/11).

Wahyuning menambahkan, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh air kencing hewan, khususnya tikus. Biasanya, bakteri tersebut menular kepada manusia melalui genangan air sawah atau kebun. Dan leptospirosis rentan menular kepada manusia yang memiliki luka pada kulit dan terkena air yang sudah terpapar bakteri tersebut.

“Mereka yang sering ke sawah atau berkebun sangat rentan terkena. Apalagi mereka yang memiliki luka di kulitnya,” imbuh Wahyuning.


Lebih lanjut Wahyuning menjelaskan, gejala penyakit leptospirosis antara lain demam, meriang hingga nyeri otot. Apabila sudah merasakan gejala tersebut, masyarakat diminta untuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar bisa mendapat penanganan.

“Kalau terlambat, akibatnya bisa fatal dan bisa menyebabkan kematian. Sebagai langkah awal, menjaga pola kebersihan, pola hidup bersih dan menggunakan sepatu saat ke sawah atau berkebun dapat mencegah terkena penyakit ini,” pungkas Wahyuning.(aya)