JATENGPOS.CO.ID, TEMANGGUNG- Upaya mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah rumah tangga yang semakin meningkat dilakukan melalui pembuatan dan penggunaan produk inovatif. Salah satunya memanfaatkan Bionara sebagai detergen yang ramah lingkungan. Bionara merupakan detergen cair dari formulasi bahan-bahan alami tanpa melibatkan bahan kimia.
Pengenalan dan pemanfaatkan Bionara dilaksanakan Tim Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) BIONARA Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran di Desa Sekrikil, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, belum lama ini.
Melalui kegiatan sosialisasi “Penggunaan dan Pemanfaatan BIONARA sebagai Detergen Pelestari Lingkungan”, warga setempat diperkenalkan inovasi produk detergen cair ramah lingkungan berikut dijelaskan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produk aman di kulit ini.
Ketua Tim P2MW BIONARA UNW Ungaran, Jenni Aprilia Tumanggor menjelaskan, Bionara diformulasikan dari ekstrak buah lerak (Sapindus rarak DC.) sebagai sumber saponin alami yang mampu menghasilkan busa dan membersihkan noda tanpa melibatkan bahan kimia berbahaya.
Selain itu, produk ini juga mengandung minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) yang memiliki sifat antibakteri serta antijamur alami, sehingga tidak hanya membersihkan pakaian namun juga membantu menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab bau.
“Keunggulan Bionara penggunaan decyl glucoside, yaitu surfaktan berbahan dasar gula dan minyak nabati yang biodegradable dan aman untuk kulit sensitif. Dibuat dari bahan-bahannya yang tidak mencemari lingkungan. Berbeda dengan detergen sintetik yang residunya dapat bertahan lama di alam,” jelasnya.
Teknologi nano-clean yang diterapkan pada produk ini juga membantu meningkatkan daya bersih tanpa harus menghasilkan banyak busa yang sebenarnya bukan indikator kebersihan yang sesungguhnya.
“Kita praktikan bagaimana Bionara dapat bekerja optimal dalam mengangkat noda meskipun tidak mengandung bahan kimia tambahan yang biasa ditemukan dalam detergen komersial,” jelasnya lagi.
Disebutkan, kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari rangkaian Program P2MW 2025 yang didukung Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ke depannya, tim pelaksana berencana memperluas edukasi ke wilayah lain di Kabupaten Temanggung dan sekitarnya untuk memperkenalkan produk dari bahan dasar tanaman lokal ini yang aman dan tidak mencemari lingkungan.
“Kami ingin tidak hanya menjadi produk inovasi kampus, tapi juga menjadi bagian dari solusi menjaga dan merawat bumi. Mulai dari langkah kecil melalui pilihan detergen yang lebih bijak,” tambahnya.

Kegiatan sosialisasi ini sekaligus menjadi momentum penting untuk mengedukasi kebiasaan warga ramah terhadap lingkungan dapat diterapkan dalam hidup sehari- hari. Kegiatan digelar di salah satu rumah warga setempat, diikuti sebanyak 30 peserta warga yang sudah berkeluarga.
Dijelaskan lebih jauh terkait bahaya limbah detergen sintetis, menurut Jenni Aprilia, merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas air di Indonesia. Kandungan surfaktan berbasis minyak bumi, fosfat, serta pewangi sintetis yang terdapat pada detergen komersial terbukti sulit terurai secara alami dan dapat menimbulkan eutrofikasi pada perairan.
“Selama ini kita mungkin tidak sadar bahwa air cucian yang kita buang setiap hari dapat menjadi ancaman lingkungan. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan mulai beralih ke produk yang ramah lingkungan,” paparnya saat menyampaikan materi.
Ia juga menambahkan bahwa pencemaran lingkungan tidak hanya merugikan ekosistem seperti ikan dan biota air lainnya, namun juga dapat berdampak kembali kepada manusia melalui rantai makanan dan kualitas air bersih yang semakin menurun.
Sementara itu, dalam kegiatan peserta diajak mencoba dan merasakan langsung menggunaan detergen bahan alami ini. Respon positif disebutkan peserta produk inopvatif ini tidak hanya lebih aman untuk lingkungan, namun juga lebih ramah untuk kulit dan pakaian.
“Sekarang kami jadi tahu bahwa pilihan detergen sangat berpengaruh terhadap kelestarian sungai di desa Kami. Semoga diterjen Bionara bisa menjadi alternatif dipakai masyarakat luas,” ujar Tin, salah satu peserta setelah ikut mempraktekkan penggunaan Bionara.
Warga juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Tim P2MW BIONARA telah memilih desanya sebagai lokasi pengabdian untuk pelestarian lingkungan. Diharapkan inovasi mahasiswa UNW ini dapat terus dikembangkan semakin dikenal masyarakat sehingga mendapatkan manfaat dari produk berkualitas aman bagi lingkungan dan kulit pengguna ini. (muz)












