JATENGPOS.CO.ID. TEGAL– Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bakti Praja (BP) Talang, Kabupaten Tegal Rofikoh dituntut mundur dari jabatannya oleh ratusan siswanya sendiri. Siswa menilai, Rofikoh yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah sejak 2010 silam itu, memiliki sifat yang arogan. Siswa kerap mendapat hukuman yang di luar batas pendidikan.
“Kepala sekolah sering menampar kami (siswa). Bahkan, tidak hanya pelajar putra saja, pelajar putri juga sering ditampar,” tutur salah satu siswa saat menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekolahnya, Desa Pegirikan, Kecamatan Talang, Senin (12/3).
Aksi unjuk rasa yang dikawal ketat anggota Polsek Talang ini diikuti oleh sekitar 600 siswa. Selain berorasi, para siswa juga membentangkan spanduk yang bertuliskan ‘Kepala Sekolah yang Mundur atau Siswa’.
Beberapa siswa juga membentangkan tulisan di kertas yang berisi ‘Kami Menuntut Hak Kami sebagai Pelajar, Stop Kekerasan’, dan ‘Orang Tua Kami Bukan ATM’. Sementara, saat diberi pengarahan oleh perwakilan dari Yayasan Pendidikan Bakti Praja Tegal, Marwanto, bahwa permasalahan itu akan dimusyawarahkan oleh yayasan, para siswa ini menolak.
Mereka tetap ngotot agar kepala sekolah harus melepaskan jabatannya di hadapan para siswa.
“Selama bu Rofikoh masih menjabat kepala sekolah, kami tidak ingin masuk ruang kelas,” teriak salah satu pelajar putri yang enggan disebutkan namanya.
Beberapa pelajar putra kelas XII juga menuturkan jika Rofikoh ringan tangan terhadap siswa yang terlambat masuk ke sekolah. Tanpa basa-basi, siswa kerap ditampar sambil dimaki-maki. “Kalau masuk sekolahnya telat, kami langsung ditampar. Padahal, ibu Rofikoh juga berangkatnya siang. Dia tidak konsisten dengan aturan yang dibuatnya,” kata siswa bertubuh kecil ini yang mewanti-wanti namanya jangan dikorankan.
Sementara, Rofikoh saat dikonfirmasi ihwal tuduhan itu, pihaknya membantah. Sekalipun pernah menampar, tapi hanya menggunakan kertas atau buku. Tujuan hukuman itu, untuk mengingatkan siswa supaya tidak terlambat ke sekolah. “Saya menampar itu pakai kertas. Waktu itu, ada anak (siswa) yang telat dan lompat tembok keliling. Anak kelas 3. Jam 7.30 baru masuk,” ujarnya.
Begitu pula dengan pelajar putri, Rofikoh mengaku kerap menegur jika ada yang menggunakan lipstik. Dia sangat prihatin apabila ada anak didiknya yang sudah menggunakan make-up. Menurutnya, jika masih sekolah sudah merias wajahnya dengan alat kecantikan, dikhawatirkan tidak fokus terhadap pendidikan.
“Kalau memang saya menampar, kenapa gak dari kemarin-kemarin dilaporkan ke polisi saja. Saya itu tugasnya mengingatkan mereka, karena saya sayang sama mereka. Saya sebagai penanggungjawab di sekolah ini,” tegasnya.
Pembina SMK BP Talang Nur Kholis menyatakan, tuntutan siswa ini tidak bisa direalisasi secara cepat. Menurutnya, keputusan untuk menurunkan jabatan kepala sekolah, akan dimusyawarahkan di tingkat pengurus yayasan. “Tuntutan itu tidak instan. Ada aturannya. Kita punya mekanismenya,” tandasnya. (yer/ima/jpnn/muz)