Keragaman Budaya Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal Desa Dieng, Kabupaten Banjarnegara

  1. Sejarah

  Orang-orang di Wonosobo dan sekitarnya secara alami melakukan tradisi potong rambut gimbal. Tradisi rambut gimbal dianggap sebagai anugerah dari Kyai Kolodete yang berasal dari Dataran Tinggi Dieng dan sekarang menyebar ke beberapa desa, seperti Tlogojati di Kabupaten Wonosobo.

   Beberapa hari sebelum upacara Ruwatan. Para tetua adat akan melakukan ziarah ke tujuh lokasi yang dianggap suci dan mengambil air dari tujuh sumber mata air Dataran Tinggi Dieng. Ada total 21 lokasi yang diziarahi, termasuk tujuh sumber mata air. Ada kemungkinan proses ini dilakukan dalam satu hari atau beberapa hari. Agar acara yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan lancar, tujuan dari ziarah ini adalah untuk meminta izin kepada para leluhur dan penguasa alam. Selain itu, berdoa agar acara ruwatan membawa berkah bagi si anak, keluarganya, dan masyarakat Dataran Tinggi Dieng secara keseluruhan.

   Rangkaian upacara akan dimulai pada pagi hari pada hari pelaksanaan. Anak-anak berambut gimbal yang akan diruwat dikumpulkan di rumah tetua adat. Kemudian, mereka akan digiring dengan berjalan kaki melalui kampung hingga kompleks Candi Arjuna.

   Tidak hanya anak-anak rambut gimbal, tetapi juga wanita pengiring yang membawa berbagai makanan persembahan, yang biasanya disebut nama domas. kelompok seni dan para tetua adat yang akan memimpin ritual. Sebelum menuju kompleks Candi Arjuna, rombongan pergi ke Sedang Sedayu. Anak-anak berambut gimbal di sumber mata air ini akan menjalani ritual pencucian, juga disebut penjamasan. Mereka kemudian pergi ke Dharmasala untuk membersihkan pakaian mereka. Setelah itu, acara berlanjut di salah satu candi di Kompleks Candi Arjuna. Di Candi ini melakukan pemotongan rambut gimbal.


   Rambut gimbal yang telah dipotong selanjutnya dilarung di sumber air Dieng. Telaga Warna, Telaga Balai kambang, atau Sungai Serayu adalah tempat yang biasanya digunakan untuk pelarungan. Rambut gimbal anak tidak akan tumbuh kembali setelah prosedur ini.

   Untuk masyarakat yang memiliki rambut gimbal harus menjalani upacara tradisi rambut gimbal, mereka percaya bahwa rambut harus dijaga dan tidak boleh dipotong tanpa mengikuti persyaratan upacara adat tradisional yang biasa dilakukan.

   Biasanya, peristiwa rambut gimbal ini terjadi pada anak-anak berusia 3 hingga 6 tahun. Mereka sering mengalami sakit selama beberapa hari kemudian rambut mereka secara bertahap mulai menggumpal. Proses ini berlanjut hingga akhirnya terbentuk gimbal yang semakin besar.

   Masyarakat di Dieng masih kental dengan animisme, animisme yaitu kepercayaan akan leluhur, dikombinasikan dengan nilai-nilai Islam, yang masih melekat pada masyarakat Dieng. Mereka percaya bahwa rambut gimbal ini akan memberi anak-anaknya sesuker yang berarti kesedihan, kesedihan, atau malapetaka.

   Keunikan dari tradisi ruwatan rambut gimbal, prosesi tersebut hanya akan dilaksanakan ketika sang anak sudah memiliki keinginan untuk memotong rambutnya, sebelum rambut gimbal anak dipotong, dia akan mengajukan permintaan yang harus dipenuhi sebagai syarat. Setiap anak memiliki permintaannya sendiri. Beberapa meminta hal-hal yang mudah dipenuhi, seperti membeli ayam goreng yang dijual di pasar dekat, tetapi yang lain meminta hal-hal yang mahal, seperti membeli handphone. Apa yang akan terjadi jika keinginan seorang anak tidak dipenuhi sampai ruwatan berakhir? Biasanya setelah ruwatan selesai maka rambut yang tumbuh pada anak tersebut akan Kembali gimbal

   Oleh karena itu, rambut gimbal harus dipotong. Orang tua percaya bahwa potongan rambut anak akan menghilangkan sesuker yang dititipkan Kyai Kolodete.

   Tradisi ini menunjukkan hubungan antara leluhur manusia dan Tuhan, dan menunjukkan rasa terima kasih atas setiap anugerah yang diberikan kepada mereka. Upacara potong rambut gimbal melibatkan prosesi keagamaan dan memberikan sesaji khusus kepada leluhur. Ini menghasilkan pola yang menggabungkan elemen budaya lokal dengan prinsip Islam, menunjukkan bahwa lokalitas ini masih dipengaruhi oleh Islam.

   Acara ritual tahunan ini meningkatkan minat wisatawan untuk Dieng dan mengajarkan nilai-nilai adat yang tercermin dalam kebudayaan masyarakat Dieng tentang menghargai alam dan leluhur. Ruwatan juga sering dikaitkan dengan proses kedewasaan anak-anak.

  1. Manfaat dan Tujuan

   Ruwatan rambut gimbal di Dieng memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan individu. Pertama, ritual ini berfungsi sebagai pembersihan spiritual, melindungi keluarga dari hal-hal negatif dan malapetaka. Selain itu, tradisi ini membantu memperkuat identitas budaya dengan mengajarkan generasi muda untuk menghargai warisan nenek moyang mereka. Ruwatan juga berfungsi sebagai pendidikan etika dan moral, mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan tanggung jawab. Melalui kehadiran anggota keluarga dan masyarakat dalam upacara ini, yang menciptakan rasa kebersamaan, ikatan sosial dan komunitas semakin diperkuat. Sebaliknya, pelarungan rambut ke sumber air meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mempertahankan alam. Tradisi ini sekarang menjadi daya tarik wisata budaya yang mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan kesempatan untuk bersatu dalam keluarga yang mempererat hubungan antara anggota. Terakhir, orang tua dan anak memiliki kesempatan untuk berpikir dan bersyukur atas apa yang mereka dapatkan dari ruwatan.

   Selain itu, ruwatan rambut gimbal juga memiliki tujuan yang meliputi

  1. Pembersihan Spiritual : untuk menghilangkan energi negative atau kesialan anak yang berambut gimbal.
  2. Penghormatan pada Tradisi: untuk menjaga dan melestarikan budaya local.
  3. Pemohonan Keselamatan: Memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk terhindar dari malapetaka
  4. Keterikatan Sosial: Memperkuat ikatan antara anggota Masyarakat melalui partisipasi tradisi ini.
  5. Pendidikan Budaya: Mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai tradisi ruwatan rambut gimbal

 

   Di Dieng, Jawa Tengah, anak-anak dengan rambut gimbal dirawat dalam ritual yang dianggap sebagai keturunan Kyai Kolodete. Sebagian besar orang percaya bahwa ruwatan ini akan membawa keberuntungan dan keselamatan bagi anak tersebut. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Dieng secara teratur, terutama selama Festival Budaya Dieng, yang menarik wisatawan dan meningkatkan pengetahuan tentang budaya lokal. Prosesi ritual ini, yang mencakup pemandian dan pemotongan rambut, memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat setempat.

 

Disusun Oleh:

Mahasiswa Kelompok 4 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang