Dalam proses pembelajaran, siswa dapat menerima banyak model pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran multiliterasi. Pembelajaran multiliterasi merupakan salah satu kurikulum yang digunakan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran konsep multiple literacy merupakan perwujudan dari proses pembelajaran saintifik yang mengoptimalkan literasi yaitu membaca, menulis, berbicara, serta pengelolaan pengetahuan dan penguasaan media informasi dan komunikasi.
Keterampilan membaca adalah kemampuan untuk memahami teks yang berfokus pada kata dan kalimat yang dibaca. Membaca pada hakekatnya adalah pengembangan keterampilan, mulai dari kemampuan memahami kata, kalimat, paragraf saat membaca, hingga pemahaman kritis dan evaluatif terhadap keseluruhan isi bacaan.
Pada dasarnya, konsep multiliterasi dipandang sebagai konsep penting di abad ke-21. Konsep multi literasi mendorong guru berperan sebagai perancang dan fasilitator proses belajar mengajar yang berkualitas dan menyenangkan. Selain itu, guru juga berperan sebagai perancang dalam merencanakan dan menetapkan pembelajaran, dengan memperhatikan keberagaman siswa. Hal ini tentunya didukung dengan penggunaan media yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Multiliterasi dapat mengakomodasi keragaman dan pengalaman siswa melalui fase pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan makna dalam setiap proses yang dilaluinya.
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 SD, berdasarkan kemampuan membaca siswa yang menggunakan model multiliterasi terlihat bahwa pada kelas eksperimen siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami teks bacaan dalam menjawab pertanyaan dibandingkan dengan kelas kontrol, pada kelas eksperimen siswa memahami materi dengan lebih baik dan mampu mendiskusikan peristiwa atau kegiatan yang signifikan dari teks nonfiksi dan fiksi sehingga mampu menjawab soal-soal yang diberikan daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung dengan menggunakan model multiliterasi yang menuntut pemahaman sumber bacaan, kerjasama, tanggung jawab, aktif berdiskusi dan kemampuan mengemukakan pendapat.
Ada perbedaan dalam hal ini karena tindakan yang ditampilkan berbeda. Pelaksanaan pembelajaran menerapkan model multiliterasi pada kelas eksperimen, dan pelaksanaan pembelajaran menerapkan model konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran melalui penerapan model multiliterasi tidak hanya terfokus pada pendidik, tetapi semata-mata pada pendidik sebagai fasilitator proses pembelajaran, membaca teks dan bertindak aktif dalam diskusi. Siswa juga dilatih untuk mengungkapkan pendapat dan berbagi pendapat dan informasi mereka selama diskusi. Yang terpenting, model ini termasuk dalam model pembelajaran aktif. Model ini sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa, keaktifan dan kerja sama dalam proses pembelajaran, serta penggalian informasi baru dan beragam dari sumber belajar yang digunakan untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Pemahaman membaca yang dilakukan di kelas V sd dengan menggunakan model multiliterasi lebih unggul dibandingkan pemahaman membaca tanpa model multiliterasi, dan penggunaan model multiliterasi dapat meningkatkan pemahaman membaca siswa. Ketika diukur terhadap rata-rata kelas eksperimen dengan menggunakan model multiliterasi, diperoleh dari 70 menjadi 83,57. Kelas kontrol telah ditingkatkan dari 72,1 model sebelumnya menjadi 80,71.
Penulis : Aprilia Ayu Intan Prawesti, S. Pd. SD
Guru, SD Negeri Demangan,
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara