Budaya positif merupakan salah satu pembiasaan yang bernilai hal – hal yang positif. Budaya positif dapat terwujud melalui disiplin positif. Seseorang yang dianggap memiliki nilai disiplin positif akan mampu mendasarkan segala perilakunya berdasarkan nilai – nilai kebajikan. Sedangkan nilai Kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. Mengapa budaya positif dianggap perlu ?, dengan adanya budaya positif maka suasana yang terbentuk pada suatu lingkungan atau komunitas adalah suasana yang positif sehingga dalam lingkungan pendidikan budaya positif ini diharapkan mampu membentuk karakter positif peserta didik dalam era globalisasi.
Tujuan penerapan budaya positif ini antara lain agar dapat membentuk karakter positif peserta didik unggul yang tercermin dari tutur kata, tindakan serta perilaku setiap anggota atau warga kelas atau sekolah.
Salah satu langkah awal yang dilakukan dalam upaya penerapan budaya positif di lingkungan SDN 2 Sumengko kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora Jawa Tengah adalah dengan pembuatan keyakinan kelas. Dengan keyakinan kelas diharapkan semua peserta didik memiliki kesadaran dalam berpikir, berucap dan bertindak sesuai dengan keyakinan yang telah disepakati. Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan. Dengan demikian keyakinan kelas diharapkan mampu membangkitkan motivasi intrinsik di rumah maupun di sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari.
Keyakinan kelas dibuat melalui kesepakatan antara semua warga kelas. Dalam pembuatan keyakinan kelas ini, keterlibatan semua anggota kelas merupakan kunci utama terciptanya keyakinan kelas yang mampu mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang akan diterapkan di kelas. Keyakinan berisi hal – hal yang bersifat umum, abstrak, tidak terlalu banyak dan sesuai dengan konteks lingkungan sekolah sehingga mudah diterapkan. Keyakina kelas yang dibuat bisa mengandung nilai toleransi, kasih sayang, religius atau hal lainnya.
Kendala yang dihadapi dalam penerapan keyakinan kelas antara lain adalah perlu usaha untuk memahamkan semua peserta didik mengenai keyakinan kelas yang disepakati yang terkadang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Diharapkan guru dapat menjadi teladan dalam penerapan hal- hal positif ini kepada peserta didik karena anak merupakan peniru yang baik, sehingga apa yang dilakukan guru menentukan keberhasilan penerapan keyakinan kelas. Peninjauan terhadap keyakinan kelas secara berkala diperlukan agar keyakinan kelas yang dibuat tetap relevan dengan situasi yang ada di sekolah.
Pengalaman penerapan keyakinan kelas dapat dijadikan salah satu praktik baik dalam upaya penerapan budaya positif di sekolah. Dengan berbagi pengalaman melalui diskusi atau webinar dengan kelompok guru dalam komunitas diharapkan dapat menjadi motivasi eksternal dalam usaha berbagi pemahaman serta praktik baik budaya positif sehingga akan semakin banyak guru yang menerapkan budaya positif dan akan terbentuk pula karakter – karakter murid yang unggul. Dengan begitu terciptanya peserta didik yang yang memiliki karakter profil pelajar pancasila yang merupakan nilai keyakinan pelajar Indonesia merupakan suatu keniscayaan.
Lina Setia Lestari, S.Pd.
SDN 2 Sumengko, Blora Jateng