Koruki Demak Gelar Diskusi dan Bedah Buku Puisi

Tingaktkan Semangat Literasi

BEDAH BUKU: Komunitas Rumah Kita (Koruki) Kabupaten Demak saat menggelar bedah buku puisi guna meningkatkan semangat literasi
BEDAH BUKU: Komunitas Rumah Kita (Koruki) Kabupaten Demak saat menggelar bedah buku puisi guna meningkatkan semangat literasi

JATENGPOS.CO.ID DEMAK – Komunitas Rumah Kita (Koruki) Demak menggelar diskusi dan bedah buku berjudul ”Waktu Indoneia Bagian Bercerita”karya Setia Naka Andrian, Sabtu (29/2). Buku kumpulan puisi Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Semarang yang diterbitkan oleh penerbit Beruang Cipta Literasi Semarang itu berisi 34 judul puisi.

Puisi-puisi tersebut diantaranya pernah masuk di berbagai media massa. Ada juga puisi yang ditulisnya saat mengikuti residensi di Belanda pada Oktober 2019 lalu yakni puisi berjudul ”Amsterdam Kemarin” Acara diskusi dan bedah buku yang di pandu oleh Dzawata Afnan dari Books On Wheels Demak (Bow_Dem) menghadirkan pembicara Marwan Sarbini, pemerhati literasi yang juga anggota DPRD Demak.

Baca juga:  Agar Tak Ada Kesenjangan Pembangunan, Provinsi dan Daerah Bersinergi

 Acara yang berlangsung di markas Koruki yang beralamat di Desa Karangsari RT 04 RW 02 Kecamatan Karangtengah,Demak juga dihadiri oleh para sastrawan, guru, LBH Demak Raya, Komunitas Omah Harapan Demak, Guswahib Institute, Teater Atmosfer Kendal, Komunitas Kalijagan Demak serta sejumlah pegiat literasi.

Setia Naka sang penulis buku menyampaikan bahwa buku ”Waktu Indonesia Bagian Bercerita” menjadi semacam bagasi perjalanan bagi benak dan batinnya dalam menyelami berbagai perjumpaan melalui puisi. Setidaknya sudah sebelas tahun mulai 2008 – 2019 , ia bertungkus – lumus dalam kerja penulisan puisi.

iklan

”Awalnya harus memilih secara serampangan puisi puisi saya yang bertebaran diantara puisi itu saat residensi di Leiden, namun selanjutnya penerbit yang sendiri yang memilih dan melilahnya untuk dijadikan buku,” kata Setia Naka Menurut Naka, semakin tak berhenti menulis puisi, ia seakan akan menemukan tubuh tubuh baru yang kian rumpang, tidak utuh, berserakan dan sangat tak beraturan.

Baca juga:  Pekalongan dan Batang Banjir, Warga Harus Mengungsi

”Dan semakin menulis puisi, kemudian membukukannya, saya seolah menciptakan jebakan baru bagi diri sendiri dan sama sekali tak ingin menemukan jalan keluarnya,” ujar Naka.

Marwan Sarbini mengatakan, membaca teks puisi Setia Naka Andrian, belum menunjukkan gaya pribadi penulis. Ada beberapa kemiripan dengan gaya para sastrawan lama.

”Ke depan semoga penulis makin mengembangkan karya dan menemukan jati diri kepenulisannya,” ungkapnya.

 Sementara itu, Ketua Koruki Demak Kusfi tria Martyasih mengatakan, generasi muda hendaknya mencontoh apa yang dilakukan oleh Setia Naka Andrian. Dengan kata-kata, dirinya bisa menggapai mimpi berkunjung ke berbagai tempat baik dalam maupun luar negeri. (adi/sgt)

iklan