JATENGPOS.CO.ID. SRAGEN– Calon gubernur (Cagub) Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa produksi beras di Jateng sekarang ini berlebih dan tak butuh impor dari daerah lain.
“Jateng ini kan berasnya sisa, tidak perlu beras impor. Harga cenderung stabil,” ujarnya saat sarasehan Keluarga Besar Pengusaha Beras se-Kabupaten Sragen, di Masaran, Senin (2/4).
Bahkan stok yang ada masih bisa dijual ke daerah lain, sehingga harga beras bisa dibentuk sedari awal.
Ganjar mengaku masih menerima laporan mengenai tidak stabilnya harga beras. Namun, hal itu karena dipengaruhi musim panen. “Januari dan Februari katanya harga lumayan tinggi, ya itu karena belum panen. Saat ini, Maret dan April, harga mulai turun karena sudah panen,” katanya.
Pemerintah, lanjutnya, tidak tinggal diam melihat naik turunnya harga beras. “Pemerintah ada mekanisme, harga pembelian pemerintah atau HPP. Untuk gabah kan sudah ditetapkan, tapi untuk beras masih terbukan. Bulog punya aturan terbatas, serapan terbatas. Ini bisa jadi instrumen pengendalian harga, karena pasar terbuka maka mekanismenya harus terbentuk,” paparnya.
Ganjar menegaskan siap memfasilitasi pertemuan antara Bulog dengan petani dan pengusaha besar untuk membicarakan pengendalian harga beras. “Memang perlu duduk bersama, pengendalian harga butuh peran serta semua,” tukasnya.
Sarasehan diikuti sekitar lima ratus pedagang beras. Salah satunya Sutrisno yang menanyakan soal ketersediaan pupuk sebagai unsur utama pendukung produksi padi.
“Mohon pupuk bersubsidi dipermudah pembeliannya pak Ganjar,” katanya.
Ganjar menyatakan, dirinya memproteksi pupuk bersubsidi dengan kartu tani agar distribusinya tepat sasaran. Jika subsidi dibiarkan terbuka seperti LPG 3 kilo, akan tidak tepat sasaran. Terbukti warga kaya pun sekarang bebas membeli gas melon.
“Dulu sebelum ada kartu tani siapapun yang punya duit meski bukan petani bisa beli pupuk subsidi, maka penyelundupan marak,” katanya.
Ganjar berharap, setelah ini tidak ada lagi keluhan soal pupuk. (biz/ars/udi/muz)