JATENGPOS.CO.ID, BALI– Sebuah bukit yang jadi pusatnya tanaman bambu terletak di Banjar Sandan, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, menjadi perhatian nasional.
Menyusul kedatangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ke bukit ini. Kunjungan Ganjar tersebut untuk menyaksikan keberhasilan masyarakat setempat mengelola bukit yang dulunya gundul kini menjadi hutan bambu yang rimbun.
Kepala Desa Bangli, I Made Adhiasa merasa mendapat kehormatan dengan kunjungan Ganjar Pranowo, akan menjadikan nama Gubernur Jawa Tengah itu sebagai nama bukit yang jadi pusatnya tanaman bambu tersebut.
I Made Adhiasa mengusulan penamaan lokasi itu, saat dialog bareng antara warga, tokoh masyarakat Bangli dengan Ganjar Pranowo, di hutan bambu tersebut, Sabtu (26/3/2022).
“Pak Ganjar adalah tokoh nasional yang banyak memberi inspirasi. Apalagi kebetulan bukit ini belum ada namanya. Saya pikir adalah yang penting tokoh-tokoh di sini kita ajak duduk bersama. Ada kata sepakat, ya kita jalankan (pemberian nama itu),” katanya.
Adhiasa menjelaskan, bukit hutan bambu tersebut selama ini belum memiliki nama yang spesifik. Sedangkan beberapa bukit di sekitarnya sudah bernama. Alasan mengusulkan nama Ganjar sebagai nama bukit bambu di Banjar Sandan, karena Ganjar Pranowo merupakan tokoh nasional pertama yang berkunjung ke sana.
“Alasannya karena beliau itu tokoh nasional yang baru datang ke sini. Kebetulan beliau Ketua Umum Kagama itu sendiri. Saya kira sah-sah saja, siapa pun. Walaupun pelakunya saya sampaikan jelas, saya pun pelaku, sampai hari ini masih diberikan kepercayaan oleh rakyat jadi saya tahu semua perjalannya,” katanya.
Diketahui, kawasan hutan bambu di Banjar Sandan sebelumnya adalah bukit gundul yang dipenuhi rerumputan. Pada 2002, Made Adhiasa meminta masyarakat untuk kembali merawatnya. Lalu muncullah I Wayan Master atau Panarya (81) yang berjuang menanam bambu di bukit gundul itu hingga menjadi seperti sekarang.
Perjuangan Panarya dalam menanam bambu juga didukung oleh Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) Bali. Berbagai varietas baru diberikan untuk ditanam di hutan bambu di Banjar Sandan.Terkini, Kagama kembali memberikan kurang lebih 30 varietas bambu baru untuk ditanam di sana. Harapannya hutan bambu di Banjar Sandan bisa menjadi pusat hutan bambu.
“Saya di Desa Bangli. Jadi di Desa Bangli ini kita bertemu tokoh yang luar biasa yaitu Pak Panarya. Beliau ini yang dulu menghijaukan bukit gundul ini, kira-kira 130 hektare, dan beliau tanami bambu. Inilah yang oleh kawan-kawan Kagama bersama Kades akan dijadikan sebagai pusat hutan bambu,” kata Gubernur Ganjar Pranowo didampingi Panarya dan I Made Adhiasa di lokasi.
Menurutnya, berdasarkan penuturan Panarya, kawasan bukit itu dulunya kering. Sumber air sempat mati. Setelah ditanami bambu, perlahan sumber air mulai membesar dan dapat dinikmati oleh warga sekitar. Potensi konservasi itulah yang ingin digarap selain potensi lain, seperti tempat wisata atau pemanfaatan bambunya.
“Kita minta Kagama terus mendampingi, tadi juga ada dari Universitas Udayana Bali. Ada yang bicara tempat wisata di sini, ada suplai air dari kebutuhan yang bisa diambil dari sekitarnya. Tapi tadi ada juga yang ingin kalau untuk pengembangan pertanian airnya cukup tidak,” kata Ganjar.
Berbagai potensi manfaat dan banyaknya varietas itulah, yang nantinya bisa mendorong untuk menjadi pusat hutan bambu. Ke depan yang dibutuhkan adalah teknologi dan narasi agar hutan bambu di Banjar Sandan semakin bagus.
“Harapan kita ini menjadi pusat bambu, termasuk orang nanti studi bambu, termasuk sampai produk-produk yang bisa dilakukan. Termasuk siapa yang membuat narasi-narasinya, sehingga tempat ini menjadi tempat spesial untuk dikembangkan menjadi tempat wisata dan sekaligus mengonservasi,” kata Ganjar.
Hal lain yang menarik bagi Ganjar, sampai hari ini tidak semua orang bisa mengakses langsung bambu yang ada di sana, kecuali dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Ke depan hutan bambu itu juga akan menjadi perhutanan sosial, untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.
“Tapi yang menarik sampai hari ini adalah tidak semua bisa mengakses langsung untuk memanfaatkan kecuali untuk kepentingan umum. Aturannya ada, adatnya kuat. Artinya nilai-nilai itu bagus yang kemudian orang akan bisa menjaga semuanya. Kita bisa lihat utuh semuanya karena adatnya bagus dan komitmen masyarakat bagus,” pungkas Ganjar. (ul/muz)