Kupas Sejarah Wisata Syurr Semarang

Bambang Iss

Bambang Iss Wirya Penulis Buku.
Bambang Iss Wirya Penulis Buku.

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Bambang Iss Wirya, wartawan senior dan sekaligus penulis buku mencoba mengurai dan memberi pengetahuan seputar keberadaan tempat prostitusi Sunan Kuning yang berlokasi di Argorejo Semarang Barat.

Mengangkat Judul “Ough! Sunan Kuning“, karya buku terbaru Bambang Iss Wirya tersebut sengaja diluncurkan ditengah maraknya rencana penutupan Sunan Kuning yang sudah menjadi agenda Pemerintah Kota Semarang. Bambang Iss Wirya mengatakan, buku karya terbarunya ini tidak sekedar mengurai kehidupan prostitusi yang menjadi lumbung ekonomi kehidupan masyarakat pendatang dan warga seputarArgorejo Semarang Barat.

“Dalam karya buku tersebut, saya mencoba menulis dan menceritakan riwayat keberadaan Sunan Kuning lengkap dengan perkembanganya yang kini menjadi tempat lokalisasi terbesar di Jawa Tengah, bahkan Indonesia,” ujarnya.

Dijelaskan, dari mulai sejarah Sunan Kuning, buku ini juga menceritakan hiruk pikuk kehidupan malam syarat dengan kemaksiatan yang seakan menjadi pegangan dan sumber ekonomi serta wisata syurr lapisan semua segmen mayarakat.

“Niat awal dari angan dan ambisi saya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang sejarah Sunan Kuning serta ragam hiruk pikuk kehidupannya yang kita tahu bahwa Sunan Kuning merupakan tempat prostitusi ditengah lingkungan kehidupan masyarakat beradab sebagai kampung yang terdaftar resmi di Pemerintah Kota Semarang,” jelasnya.

Peluncuran buku “Ough! Sunan Kuning“ ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi positif kepada masyarakat. Rencana ditutupnya Sunan Kuning oleh Pemkot Semarang, Bambang Iss Wirya menyambut positif rencana penutupan Sunan Kuning. Hal itu guna merubah dan mengangkat kehidupan warga Argorejo untuk bisa hidup layak tanpa dicap sebagai warga yang menghalalkan ragam praktik maksiat tersebut.

“Penutupan Sunan Kuning, berdampak positif untuk warga Argorejo yang faktanya adalah warga yang terdaftar sebagai masyarakat Kota Semarang. Dengan penutupan lokalisasi legendaris tersebut, kedepan Argorejo bisa tumbuh berkembang lebih baik lagi tanpa bayang-bayang sebagai tempat maksiat,” pungkasnya. (ucl/mar)