JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Keterbatasan lahan pertanian menjadi persoalan bagi masyarakat yang sudah biasa hidup dengan bercocok tanam. Alih fungsi lahan dari pertanian menjadi area infrastruktur membatasi aktivitas pertanian masyarakat.
Hal itu yang disampaikan masyarakat pada reses Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Denty Eka Widi Pratiwi di Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Selasa (17/12).
Salah seorang perangkat desa setempat, Edy Hartono, mengatakan, kawasan Desa Wringin Putih sebagian terdampak pembangunan tol Semarang Solo. Akibatnya, sejumlah lahan pertanian dialihfungsikan sebagai area infrastruktur. “Banyak yang kehilangan lahan pertanian karena dampak pembangunan tol Semarang Solo,” jelasnya.
Sejumlah warga, mensiasati dengan melakukan pertanian pada area tanah yang terbatas di sekitar rumah mereka. Namun, keterbatasan pengetahuan, membuat produksi pertanian pekarangan belum efektif hasilnya.
Menanggapi hal tersebut, Denty menyampaikan apabila langkah warga untuk mensiasati keterbatasan lahan tersebut sudah benar. Apalagi, perkembangan teknologi sangat memungkinkan untuk pengembangan pertanian dengan lahan yang tersedia, meskipun tidak seluas sebelumnya.
“Kami berusaha menjembatani kebutuhan masyarakat untuk bertani baik untuk ketahanan pangan maupun bercocok tanam untuk keperluan yang lain,” kata Denty.
Lahan untuk bertani sambungnya, dengan kemajuan teknologi tidak harus dilakukan di lahan pertanian tetapi juga bisa di pekarangan rumah. Denty mendorong agar masyarakat melakukan pemberdayaan lahan sekitar rumah mereka untuk mendukung produktivitas kebutuhan pangan di masa depan.
Pada kesempatan tersebut, silaturahmi dengan warga juga menghadirkan pembicara dari Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, yang menyampaikan tentang Kawasan Pangan Rumah Lestari, salah satu program pemanfaatan pekarangan untuk ditanami kebutuhan pangan warga.
Sebelumnya, Denty juga mengadakan silaturahmi dengan warga di Kabupaten Demak dan Susukan, Kabupaten Semarang. Warga diajak untuk melakukan pengelolaan sampah agar dapat memberikan manfaat dalam kehidupan mereka.(rit)