JATENGPOS.CO.ID, DENPASAR – Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terdampak dari pandemi Covid-19. Dan Bali sebagai destinasi utama di Indonesia mendapatkan pukulan paling telak akibat terbatasnya mobilitas masyarakat.
Untuk memulihkan kondisi ini, sekaligus mengembalikan perekonomian masyarakat, Kemenparekraf/Baparekraf menggelar program We Love Bali, sekaligus memanfaatkan momentum akhir tahun.
We Love Bali melibatkan pemerintah daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali, serta didukung dan dibiayai penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Menurut Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Event Kemenparekraf, Rizki Handayani, We Love Bali adalah kegiatan yang mengundang masyarakat untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali.
“Tapi tidak hanya itu, melalui We Love Bali, kita sekaligus memperkenalkan dan mengedukasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment friendly (ramah lingkungan),” tuturnya, Jumat (4/12/2020).
Dijelaskannya, implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transport, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM, dan lainnya.
Program ini melibatkan 13 Professional Conference Organizers (PCO) dan 26 Biro Perjalanan Wisata yang bernaung dibawah ASITA Bali (Association of Indonesian Travel Agents/ Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia), 30 guide yang bernaung dibawah HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), sejumlah hotel dan restoran yang bernaung dibawah PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), sejumlah perusahaan transportasi yang bernaung dibawah PAWIBA (Persatuan Angkutan Pariwisata Bali) dan daya tarik wisata yang bernaung dibawah PUTRI (Asosiasi Pengelola Obyek Wisata).
We Love Bali juga melibatkan sekitar 4.750 peserta untuk melakukan trip keliling Bali selama 3 hari 2 malam dan menginap secara bergiliran di kawasan-kawasan pariwisata yang ada di Bali.
“Seluruh biaya perjalanan seperti akomodasi, transportasi, atraksi wisata, makan dan minum selama mengikuti program ditanggung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Peserta direkrut oleh Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Propinsi Bali dengan menyebarkan undangan ke berbagai instansi baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan sekolah tinggi,” terangnya.
Adapun syarat peserta antara lain hanya dapat mengikuti satu kali kegiatan, aktif sebagai pengguna media sosial minimal salah satu dari platform; Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, ataupun Tiktok, memiliki kegemaran aktivitas diluar ruangan seperti; berenang, snorkeling, trekking, hiking, bersepeda, dsb, serta memahami dan mampu menerapkan protokol kesehatan.
Peserta juga dituntut mempublikasikan aktivitas yang dilakukan selama mengikuti kegiatan dalam bentuk foto, video, ataupun artikel yang mengedepankan norma kesopanan dan menerapkan protokol kesehatan dan bersedia apabila digunakan oleh Kemenparekraf untuk materi promosi pariwisata.
“Protokol kesehatan tetap diterapkan. Peserta wajib menunjukan hasil rapid test non reaktif yang dilakukan 1-3 hari sebelum kegiatan. Peserta juga wajib menandatangani pakta integritas akan menerapkan protokol kesehatan, serta wajib menjaga dan mentaati tata tertib dan kearifan lokal,” terang Rizki Handayani lagi.
Peserta dibagi menjadi kelompok perjalanan (trip) dimana setiap kelompok terdiri dari 40 orang. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan 2 kendaraan bus, masing-masing bus kapasitas 40 kursi hanya berisi maksimal 20 penumpang yang melalui 1 rute perjalanan.
“Ada sebanyak 17 program perjalanan yang telah dilaksanakan selama bulan Oktober dan November, 10 program diantaranya dilaksanakan sebanyak masing-masing 10 kali, dan yang lain dilaksanakan bervariasi antara 1 hingga 3 kali. Jumlah total perjalanan (trip) yang telah diselenggarakan adalah sebanyak 117 kali,” terang Rizki Handayani lagi.
Destinasi wisata yang dikunjungi adalah destinasi wisata yang sudah populer maupun yang merupakan destinasi baru di seluruh penjuru Bali.
Dalam Program 10 trip 11, rute perjalanan menuju ke kawasan Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Pada hari pertama, peserta akan diberangkatkan dengan menggunakan fastboat dari Pantai Matahari Terbit Sanur menuju Nusa Penida dan diajak mengunjungi destinasi wisata di Nusa Penida yaitu Pantai Kelingking yang merupakan pantai yang memiliki spot yang cukup dikenal untuk diving karena menyajikan pemandangan bawah laut yang sangat indah.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke kawasan Angel’s Billabong, Broken Beach, Crystal Bay dan menginap di Hotel Kawasan Nusa Penida.
Pada hari kedua, peserta diajak mengunjungi destinasi wisata seperti Diamond Beach yang merupakan pantai yang menawarkan pemandangan tebing-tebing karst dengan bentuk meruncing menyerupai permata. Perjalanan dilanjutkan ke destinasi Atuh Beach dan Raja Lima dan Nusa Lembongan. Peserta juga akan diajak mengunjungi Jembatan Kuning, tempat budidaya rumput laut, Dream Beach dan Devil’s Tears serta menginap di Hotel kawasan Nusa Lembongan.
Pada hari terakhir, peserta akan diajak melakukan wisata bahari berupa snorkeling dan berkunjung ke wisata konservasi mangrove.
Rizki Handayani menegaskan, selama perjalanan peserta akan diberikan pengertian dan diingatkan untuk mentaati protokol kesehatan dan juga sekaligus diajak untuk peduli terhadap lingkungan dan menjaga pelestarian alam pada setiap destinasi wisata yang dikunjungi.
“Peserta nantinya diharapkan menjadi duta pariwisata yang dapat menggaungkan bahwa Bali siap menerima kunjungan wisatawan dengan penerapan protokol kesehatan yang baik. Sekaligus memberi contoh pada masyarakat bagaimana cara berwisata yang aman dan bertanggungjawab untuk mencegah penularan Covid-19,” katanya.(*)