Literasi Permainan Tradisional Multikultural pada SD Kuncup Melati Kota Semarang

SAMBUTAN : Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro saat menyampaikan sambutan di SD Kuncup Melati Kota Semarang. Foto : ist

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Kesenian dan permainan tradisional menjadi salah satu keberagaman yang dapat membentuk penanaman nilai karakter pada anak-anak. Hal tersebut dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro di SD Kuncup Melati Kota Semarang. Pengabdian masyarakat tersebut dilaksanakan oleh Dr Oktiva Herry Chandra, M. Hum, Dr. M.Suryadi, M.Hum, dan Ilham Awaliyah Pimay.

SD Kuncup yang beralamatkan di Gang Lombok No 60 memiliki peserta didik dari berbagai etnik yang tinggal di sekitar sekolah tersebut. Meskipun sekolah berada di di bawah yayasan kaum etnis Tionghoa, peserta didik berasal dari beberapa etnik yang tinggal di sekitar sekolah dasar tersebut.

Baca juga:  Yasoda Nur Hidayah Silaturahmi Sembari Tumbuhkan Wawasan Kebangsaan

“Mereka datang dari keluarga yang kurang mampu dan memiliki semangat belajar yang besar. Konsep keberagaman mulai diperkenalkan sejak dini melalui sejumlah kegiatan dan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah,” terang Dr Herry, sapaan Dr Oktiva Herry Chandra.

Dijelaskan, keberagaman mencakup beberapa aspek yang tumbuh di masyarakat tersebut, seperti agama, warna kulit, tingkat ekonomi, dan pendidikan. Para siswa menikmati pendidikan di sekolah tanpa harus mengeluarkan biaya pendidikan. Dengan pembebasan biaya ini, anak-anak dapat menikmati pembelajaran dengan tenang.


Herry menambahkan, kesenian dan permainan tradisional menjadi salah satu mata pelajaran yang diperkenalkan kepada siswa multietnik ini. Mereka mendapatkan pelajaran tersebut dari guru pelajaran Bahasa Daerah. Nyayian-nyanyian dolanan anak dinyanyikan ketika para siswa mendapatkan pelajaran Bahasa Jawa.

Baca juga:  SPBN Permudah Nelayan Betahwalang Penuhi Kebutuhan Bahan Bakar

“Melalui syair nyanyian tersebut sebetulnya, banyak nilai-nilai kebudayaan Jawa yang perlu diperkenalkan dan dijelaskan secara sadar pada anak-anak tersebut,” ungkapnya.
Begitupun, permainan tradisional juga harus diperkenalkan sebagai media untuk mengenalkan nilai-nilai luhur nenek moyang.

Namun demikian, diakui Herry, masih banyak orang yang salah memahami permainan tradisional. Konsep ini sering dikaitkan dengan sesuatu yang berkonotasi tertinggal dan tidak modern. Sejatinya, permainan tradisional diciptakan dengan dasar pemahaman yang baik terhadap tatanan budaya manusia.

Tiap permainan mempunyai beberapa unsur yang muncul secara bersamaan. Ada permainan dengan karakter kelompok dan individu. Permainan tradisional juga menggunakan sarana pendukung lain yang membuatnya menjadi permainan yang menarik untuk dimainkan.

Baca juga:  Hendi Ajak Tinggikan Semangat Menang di Sisa Waktu Pilkada

Anggota tim lainnya, M Suryadi, mengatakan, di balik semua permainan tradisional, ada pola-pola pembelajaran yang menuntun pelakunya untuk mendalami karakter dan norma yang luhur nilai kebudayaan Jawa. Pemahaman yang baik dan benar akan konsep permainan tradisional akan menambah kualitas pelayanan dan menambah kenyamanan wisatawan yang berkunjung.

“Melalui pengabdian ini siswa SD Kuncup akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman akan nilai karakter guna meningkatkan layanan dan produktivitas wisata yang berada di daerah mereka,” pungkasnya. (rit/biz)