Longsor! 3 Sekeluarga Tewas Tertimbun, 113 Warga Mengungsi

EVAKUASI: Korban meninggal akibat longsor di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen, dievakuasi petugas gabungan. FOTO: ARI SUSANTO/JATENG POS

JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN– Dalam waktu hampir bersamaan di wilayah Jawa Tengah terjadi longsor di dua Kabupaten, yakni di Sragen dan Pemalang. Di Sragen longsor terjadi di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo.

Tiga orang sekeluarga tertimbun longsor yang terjadi Minggu (3/3/2024) sekitar pukul 18.00 WIB. Kejadian naas itu menimpa rumah milik Legiman alias Gino (60).

Menyebabkan tiga anggota keluarganya tertimbun longsor. Diantaranya Sutarmi (60) istri Gino, anak dan cucunya, Darmadi (45) dan Annasya Adreena (6). Korban Sutarmi lebih dulu ditemukan sekitar pukul 20.00 dalam kondisi meninggal dunia.

Sedangkan, evakuasi bapak dan anak (Darmadi dan Annasya, red) baru berhasil ditemukan, Senin (4/3/2024), sekitar pukul 10.30 WIB. Kedua korban ditemukan juga dalam kondisi meninggal dunia.

iklan

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen Giyanto membenarkan korban bapak dan anak sudah ditemukan. Dia menyampaikan korban dilaporkan terlihat sekitar 10.30.

“Kedua korban atas nama Darmadi dan anaknya Annasya Adreena Saila ditemukan di kedalaman sekitar 3 meter dalam keadaan meninggal dunia,” terang Giyanto.

Dia menyampaikan Kedua korban segera dibawa ke rumah duka. Saat penemuan kedua korban, cuaca di lokasi kejadian dalam keadaan mendung.

Sementara, saat pemeriksaan, kondisi jenazah Darmadi mengalami, lecet pelipis kanan, lebam dahi, luka lecet di pipi kanan, perdarahan di telinga kanan, luka tekan diatas telinga kanan, lecet bahu kanan, lecet punggung kanan.

Selain itu juga sobek 2 cm di bibir bawah, lecet di leher kiri, lecet dagu, sobek 3 cm di lengan kiri atas. Kemudian lecet tak beraturan ditangan kanan, lebam dada hingga perut, hematom dahi kiri, lecet dada kanan, lecet perut kiri atas, lebam paha kanan dan kiri.

Baca juga:  Dinkes Jateng Masifkan Sosialisasi Terkait Larangan Mudik 2021

Sedangkan anaknya, Annasya Adreena mengalami perdarahan telinga kanan dan kiri, fraktur tertutup dahi dan tulang pipi kiri, fraktur tertutup rahang atas, hematom dan lecet leher kiri, fraktur tertutup tulang rusuk, lecet dada kanan, lebam lengan atas tangan kanan dan kiri, lecet siku dan lengan bawah tangan kanan, lecet di area vagina, sobek 3 cm paha atas kaki kanan.

Korban juga mengalami luka tekan tungkai bawah kaki kanan, lebam di punggung belakang, fraktur tertutup lutut kaki kiri dan sobek 3 cm di lutut kaki kiri.

“Dikarenakan Opsar Gabungan tanah longsor dengan 2 korban sudah diketemukan maka Opsar Gabungan resmi ditutup dan seluruh unsur yang terlibat kembali ke satuan masing-masing,” tuturnya.

Kapolres Sragen AKBP Jamal Alam menjelaskan, dalam Opsar itu mengerahkan sekitar 150 personil dari berbagai unsur relawan. “Operasi pencarian hari kedua dimulai sejak pukul 6.30 WIB yang melibatkan Basarnas, kepolisian, TNI PMI maupun unsur relawan lainnya,” tutur AKBP Jamal Alam.

Terpisah, dilansir dari detikcom, longsor juga terjadi di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, merusak 20 rumah warga, Minggu (3/3/2024) sore. Material longsor Bukit Igir Lampeng itu juga menutup jalan dusun setempat.

Bencana alam tersebut terjadi di Dusun Sirongge, RT 13 RW 04. Kepala Dusun Sirongge, Hadi Safaat (47) menjelaskan sebelum terjadi longsor sempat terjadi banjir bandang.

Sekitar 15 menit setelah banjir kemudian terjadi longsor. Material di bukit yang berada di atas permukiman longsor dan mengenai rumah penduduk di bawahnya.

Baca juga:  Polda Jateng Gelar Olahraga Bersama TNI Polri

“Jadi memang sebelumnya terjadi hujan lebat. Awalnya banjir bandang, Minggu sore, saluran air tersumbat hingga air meluap ke permukiman dan sekolah dasar. Sekitar 15 menit kemudian, saat magrib, terjadi longsor,” kata Hadi, dilansir dari detikcom, di lokasi longsor, Senin (4/3).

Saat banjir bandang, menurutnya, warga sudah mengungsi sehingga ketika terjadi longsor tidak ada warga yang berada di rumah. Hanya dua warga luka ringan karena terkena atap seng rumah. Keduanya kini sudah di pengungsian.

“Untuk rumah ada 10 rumah yang hilang, yang rusak ringan ada tujuh, yang rusak parah ada tiga,” ungkapnya.

Intensitas hujan masih tinggi membuat warga di satu RT terancam longsor susulan. “Akhirnya warga mengungsi. Ada 113 warga yang mengungsi. Kita bawa ke pondok pesantren. Di pondok juga kita buat dapur umum,” jelas Hadi.

“Untuk sementara SDN tidak ada kegiatan belajar mengajar, karena terdampak longsor dan banjir bandang. Ada dua SD, yakni SD 01 dan SD 03,” imbuhnya.

Sementara itu, Ratiah (42) dan anaknya yakni Isrul (7), merupakan dua orang terakhir yang bertahan di rumah, sebelum longsor terjadi di Watukumpul, Pemalang. Diketahui, tanah bukit yang berada di belakang rumahnya longsor hingga mengubur semua bagian rumahnya.

Ratiah memang hanya tinggal berdua bersama Isrul. Sedangkan anak pertama dan suaminya merantau ke Jakarta. Ia menceritakan detik-detik dirinya bisa lolos dari longsor. Menurutnya rumah tersebut awalnya diperkirakan warga aman dari banjir bandang maupun longsor yang terjadi pada Minggu (3/3) sore.

Diketahui, awalnya daerah rumah Ratiah tergenang banjir bandang. Hanya rumah Ratiah yang aman dari banjir sehingga beberapa warga sempat menitipkan barang berharga mereka.

Baca juga:  Rerie Silaturahim dan Serap Aspirasi Bersama Tim Relawan HIV/AIDS

“Malah rumah saya dijadikan tempat penitipan barang-barang, saat banjir bandang terjadi pada Minggu sore. Banjir tinggi bisa se-dada orang. Makanya barang-barang dititipkan ke rumah saya,” katanya, saat ditemui di Pos Pengungsian, Senin (4/3).

Lebih lanjut, Ratiah menuturkan, banjir dan longsor kecil sempat terjadi pada pukul 17.20 WIB. Selang berapa lama sekitar pukul 17.45 WIB, terjadi longsor susulan yang lebih besar.

Namun, sekitar pukul 17.30 WIB, tiba-tiba ia mendengar gemuruh tanah yang bergerak. Bahkan, ia sempat melihat pohon mulai berjatuhan. Ia sempat keluar mencari adiknya. Namun, rumah adiknya yang berada di depannya juga tergenang banjir, sehingga ia kembali masuk ke dalam rumah.

“Saat itu, saya masih tenang, kembali ke rumah, soalnya rumah saya di atas tidak kena banjir, semua warga evakuasi barang ke rumah saya,” ungkapnya.

Kemudian, tiba-tiba sekitar pukul 17.45 WIB, ia didatangi adiknya bersama tetangga lain yang memintanya untuk segera keluar dari rumah. Ia pun sempat bingung.

“Saya ditarik-tarik. Saya berniat mengambil uang yang disimpan di rumah pun gak boleh, apalagi pakaian ganti. Saya panik, Gendong anak langsung ke luar rumah. Itu lima belas menitan setelah banjir,” katanya.

Benar adanya, beberapa saat setelah ia dan anaknya berada di titik aman, tiba-tiba material tanah longsor yang berasal dari bukit Igir Lempeng longsor dan mengubur rumahnya.

“Pokoknya sekitar jam setengah enam banjir, 15 menit kemudian longsor susulan besar,” ungkapnya. (ars/dtc/muz)

iklan