JATENGPOS.CO.ID, KUKAR – Bantuan Kementrian Pertanian (Kementan) RI berupa sistem irigasi berpintu di lahan pertanian pasang surut Desa Sidomulyo, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas panen pada tahun ini.
Kepala UPT Dinas Pertanian Anggana, Wahyu, mengatakan bangunan irigasi berpintu yang dibangunkan pada September tahun lalu itu, sangat penting. Mengingat stigma petani yang kesusahan mengairi sawah karena harus menunggu sungai pasang.
“Dengan adanya bantuan (irigasi) pintu air ini, airnya bisa dikendalikan kan sehingga menanamnya pun serempak dan bisa dikontrol, mudah-mudahan produksinya bisa naik pada panen yang akan datang,” ungkap Wahyu, Sabtu (2/2).
Dari lahan seluas 854 hektare, baru sekitar 150 hektare yang ditanami komoditas seperti padi dan tanaman Palawija yang dikelola oleh beberapa kelompok tani. Wahyu mengatakan, lahan tersebut masih memiliki banyak potensi termasuk untuk mendukung program Revolusi Jagung.
“Potensi masih banyak lahan pasang surut air sungai Mahakam sehingga yang belum tersentuh itu agar dapat segera terfasilitasi dengan model bantuan yang sama. Harapannya konsisten dan berhasil meningkatkan produksi,” pungkasnya.
Direktur Jenderal PSP Dadih Permana mengatakan, program rehabilitasi jaringan irigasi yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah sangat dirasakan oleh para petani. Untuk 2019, akan dilakukan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 67.037 hektare.
Ia menjelaskan, efek yang langsung dirasakan petani, adalah adanya penambahan indeks tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih. “Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani, yang sebelumnya hanya sekali setahun menjadi dua kali,” kata Dadih.
Lebih lanjut dikatakan, pada waktu jeda, petani tetap memanfaatkan air yang ada dengan menanam tanaman lain seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.
“Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas karena air tersebut terdistribusi secara efisien,” jelas Dadih.
Menurut PP No 23/1992 tentang Irigasi, jaringan irigasi terdiri dari tiga tingkatan dimulai dari irigasi primer, sekunder, dan tersier. Irigasi primer dan sekunder penanganannya di bawah Kementerian PUPR, sedangkan irigasi tersier dan kuarter, penangangannya sampai ke pemeliharaannya oleh petani.(udi)