
JATENGPOS.CO.ID, KLATEN – Pemerintah Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam berupa air tawar untuk memproduksi mikroalga atau ganggang.
Algaepark, merupakan lumbung pangan masa depan yang memproduksi spirulina atau alga. Unit produksi mikroalga di tempat ini diklaim menjadi satu-satunya di Indonesia.
Mikroalga diproduksi dengan memanfaatkan sumber air tawar desa setempat yang memiliki kandungan PH dikisaran angka 8 sampai 9.
“Spirulina atau alga ini yang terbuat dari lumut dan satu satunya di Klaten dan satu-satunya di Indonesia mungkin, itu yang paling cocok untuk produk Spirulina ini hanya ada di Sidowayah, artinya PH dari pada air umbul manten itu berkisar antara 8 sampai 9, ini yang paling cocok dan sinar mataharinya juga yang paling cocok di Sidowayah ini,” ujar Kepala Desa Sidowayah, Mujahid Jaryanto, Selasa(12/10).
Direktur dan CEO PT Algaepark Indonesia Mandiri, Rangga Warsita Aji, mengatakan, mikroalga diproduksi untuk menjawab tantangan pasar, karena permintaan terhadap produk mikroalga saat ini mulai berkembang, khususnya di industri makanan dan industri kesehatan.
“Algaepark di Desa Sidowayah ini kita memproduksi mikroalga. Ada dua jenis mikroalga yang kita produksi saat ini, itu adalah Alga Spirulina dan Algikorela, itu termasuk ada beberapa jenis alga lain tapi masih dalam tahap produksi skala kecil yang saat ini sedang kita kembangkan. Itu semua kita kerjakan untuk menjawab tantangan pasar. Karena permintaan mikroalga saat ini sedang berkembang,” ujarnya.
Mikroalga kini diminati masyarakat karena memiliki kandungan nutrisi tinggi. Pemasaran saat ini sudah merambah ke seluruh indonesia dan bahkan juga eskpor ke Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Perancis.
“Di negara-negara maju, alga diolah menjadi kapsul untuk makanan para astronot. Bahkan beberapa negara maju lainnya seperti Jepang dan Swiss juga berminat bekerjasama,” tambahnya.
Diharapkan keberadaan lumbung pangan modern ini dapat membantu dalam peningkatan ekonomi masyarakat, mengingat budidaya mikroalga ini dikerjakan petani milenial warga setempat.(aya)