Masyarakat Menjerit, Harga Beras Mencekik

Boyolali Akan OP Senin Depan

TINGGI: Wabub Dedi Endriyatno bersama tim gabungan saat cek pasar dan jalur SSA yang dikeluhkan para pedagang.
TINGGI: Wabub Dedi Endriyatno bersama tim gabungan saat cek pasar dan jalur SSA yang dikeluhkan para pedagang.

JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Harga beras di pasaran Jawa Tengah masih mencekik leher masyarakat. Mereka berteriak karena harga beras yang tinggi. Sejumlah daerah sudah ada melakukan operasi pasar (OP) ada yang baru akan melakukan. Operasi pasar sangat ditunggu rakyat.

Menyikapi tingginya harga beras ini, Pemkab Boyolali pun berencana menggelar operasi pasar.  Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Boyolali, Cahyo W, mengatakan operasi pasar ini bertujuan untuk menstabilkan harga beras di pasar. Selain itu juga untuk meringankan beban masyarakat khususnya dalam mencukupi kebutuhan beras.
“Operasi pasar kita akan bekerjasama dengan Bulog,” ujarnya kepada wartawan Kamis (11/1).Menurut dia, saat ini harga beras medium mencapai Rp 12.000/kg. Mengalami kenaikan Rp 3.000/kg dari harga sebelumnya Rp 9.000/kg.
“(Kenaikan harga beras) Ini dinilai memberatkan masyarakat sehingga pemerintah memutuskan perlunya digelar operasi pasar,” katanya.

Diharapkan, dengan operasi pasar maka harga beras, khususnya beras medium berangsur turun. Jika harga beras tetap tinggi, maka operasi pasar akan terus dilakukan.

“Mitra Bulog sudah berkomitmen untuk melanjutkan operasi pasar ini jika harga beras belum juga turun,” imbuh dia.

Untuk itu, pihaknya rutin memantau harga beras di pasaran seluruh wilayah se-Boyolali. Jangan sampai harga beras terlalu tinggi dan memberatkan masyarakat. Pasalnya, beras masuk kebutuhan pokok yang setiap hari dikonsumsi masyarakat.

Operasi pasar akan dilaksanakan di Ampel, yang rencananya digelar Senin (15/1) mendatang. Kemudian juga akan dilaksanakan di Kecamatan Klego, Juwangi, Wonosegoro, Kemusu, Andong dan Karanggede. Pihaknya berharap masyarakat bisa memanfaatkan operasi pasar tersebut.

Total beras yang akan didistribusikan mencapai 40 ton, khusus untuk beras medium. Dipilih beras medium karena beras jenis ini paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Sementara, Pemkab Sragen belum merencanakan operasi pasar dalam waktu dekat ini, meski harga beras di wilayah itu juga tinggi. Pemkab Sragen baru menjadwalkan akhir baru ini. Operasi pasar akan dilakukan bersama Bulog.

Wakil Bupati (Wabup) Dedy Endriyatno mengatakan, langkah operasi pasar untuk stabilkan harga beras baru direncanakan akhir bulan. Operasi pasar dilakukan untuk menindaklanjuti masukan dari masyarakat terutama pedagang pasar. Selain itu, pihaknya melakukan tinjuan ke pasar juga untuk meminta masukan dari pedagang terkait keluhan berkurangnya pembeli setelah diberlakukannya sistem satu arah (SSA).

“Harga beras tinggi dikeluhkan masyarakat. Operasi beras akan dilakukan dengan bulog,” kata Dedi Endriyatno usai memimpin inspeksi mendadak (sidak) memantau harga kebutuhan pokok di Pasar Bunder, Kamis (11/1).

Sidak diikuti berbagai instansi, seperti Satuan Tugas (Satgas) Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Satpol PP, Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dan Polres Sragen.

Sementara Kepala Disperindag Untung Sugihartono menambahkan, pihaknya bersama Satgas Pangan, Polres Sragen dan instansi terkait selalu melakukan monitoring dan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar-pasar,terkait harga kebutuhan pokok. Dalam sidak itu dilakukan pantauan harga berbagai komoditas pokok, mulai dari beras, tepung, gula,tepung, bawang dan daging serta ikan. “Dari pantauan yang kami lakukan, yang harganya naik memang beras, dimana beras medium yang harga eceran tertinggi (HET) nya Rp 9.450/kilogram menjadi Rp
11.000/kilogram,” kata Untung. (aji/saf)