JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Stunting bukan disebabkan karena keluarga miskin. Sebagian besar akibat selera makan tiba-tiba menurun atau drop dan minimnya literasi.
Karena itu 18 orang keluarga risiko stunting di Kelurahan Kauman Kidul meminta agar dapat difasilitasi untuk menghadirkan ahli gizi. Permintaan ini pun dipenuhi oleh DP3APPKB Salatiga.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DP3APPKB Sumarno menjelaskan bahwa 90 persen keluarga risiko stunting di Kauman Kidul disebabkan literasi. Pemahaman terhadap pola asuh anak masih perlu ditingkatkan. Sedangkan yang disebabkan faktor ekonomi lemah hanya 10 persen.
Oleh karena itu, lanjut Sumarno, upaya tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah memberi edukasi dan pelatihan keterampilan memasak kepada keluarga risiko stunting. Hal ini untuk mendukung target zero stunting tahun 2024 di Kota Salatiga. “Kami mengundang ahli Gizi dan memberi pelatihan memasak. Sedangkan kasus stunting dari keluarga miskin perlu intervensi spesifik,” jelasnya.
Ibu Sinta orang tua anak resiko stunting meminta agar difasilitasi dengan menghadirkan ahli gizi agar dapat berkonsultasi. “ Syukur kami juga dilatih keterampilan memasak untuk anak” pinta Ibu Sinta, pada acara Sosialisasi Menuju Keluarga Zero Stunting di Aula Kelurahan Kauman Kidul, Selasa (1/11/2022).
Kegiatan sosialisasi bersama DP3APPKB Kota Salatiga, Kelurahan Kauman Kidul dan mahasiswa KKN UKSW tersebut berlangsung gayeng.
Hadir sebagai narasumber Kepala Bidang Pengendalian Penduduk DP3APPKB Sumarno dan Lurah Kauman Kidul Herry Ponco. Peserta diikuti tokoh masyarakat dan keluarga risiko stunting. Selain sosialisasi, 18 keluarga risiko stunting menerima paket makanan tambahan dari kecamatan Sidorejo.
“Terima kasih, kami sudah diberi paket makanan tambahan dan dilatih bagaimana cara memasaknya,” kata Sinta.
Ibu dari anak risiko stunting lain, Muzaro, mengaku anaknya berisiko stunting karena setiap menjelang Posyandu hampir pasti sakit dan susah makan. Setelah mengikuti Posyandu malah sehat dan banyak makan. “Saya sampai bingung sendiri. Anak saya selalu begitu, sakit menjelang Posyandu. Akhirnya berat badan menjadi kurang,” katanya. (deb)